Lapor,Mau
Pipis!
‘Gue berdiri dan gue bertahan’
~Gue.
Senin kemaren gue
ngejalanin tugas gue sebagai petugas upacara untuk kali pertama.Gue jadi
pemimpin upacara,ya biasa sih kalo ganteng emang langsung jadi pemimpin,gitu.Gue
hentakan kaki pertama,tanda perang dimulai.Gue jalan ke tengah medan perang,di
tengah medan perang,gue gak bawa senjata apa-apa kecuali muka pucat gue.
Kaki
gue berhenti,tanda sesi awal perang telah berganti.Gue sebagai pemimpin,datang
pake muka pucat punya angan angan nelen ludah sendiri di tengah biar gak nerveous tapi yang ada gue nelen reak
sendiri,tenggorokan asin.
Seluruh
lapangan hormat ke gue,tanda sesi kepemimpinan ganti jadi keartisan.Mulut gue
mesem-mesem sendiri di tengah lapangan,ini pertama kali gue di hormatin,biasa
juga gue di jejelin cabe.Gue hormat balik,lalu tegap.Semua tegap.
Setiap
pleton dari setiap sisi di hadapan gue dateng beneran ke depan wajah tampan
gue.’Lapor Pleton 1 SIAP,Pleton 2
SIAP,Pleton 3 Kebelet pipis,Laporan selesai’ sebagai pemimpin yang agung
gue menerima laporan mereka,’Laporan
diterima,PIPIS DI celana’ ‘SIAP,sahut Pleton 3’.
Pertama kalinya
gue teriak di depan orang banyak,suara gue kayak homo.Gue teriak untuk pertama
kalinya,suasana hening.Gak lama dari situ gue mulai mengkikis nerveous gue karena gue udah mulai dan
tinggal melanjutkan lalu mengakhiri.
Satu
hal yang gue tau dari sini,mereka gak ketawa setelah gue keluarin suara homo
gue,kesan pertama gue muncul setelah itu ‘it’s
not so bad’.Satu hal yang gue gak yakin,kenapa mereka gak ketawa?.Gue
pertajem pendengaran gue,dugaan gue salah,sebelah kanan gue cekikikan
ternyata,sial.
Cekikikan
itu membuat nerveous gue kembali
pasang setelah sempat surut.Gue sempet salah puter satu kali.Hal itu tambah
membuat gue semakin larut dalam kegugupan yang dalam.Kata-Kata kedua gue
keluar,mereka sudah beradaptasi dengan pemimpin homo.
Lanjut
ke amanat,Semakin lama,kegugupan mulai surut dikit demi sedikit.Jantung gue
udah mulai berdetak normal,peredaran darah gue sudah lancar jaya.Padahal
sebelumnya,gue udah kayak ikan di biarin di tanah.Rasanya mau mati.
Gue
setelah bertepi dari kegugupan,gue bersandar pada ketenangan sesi amanat.Gue
gak sadar gue bersandar ke dermaga yang salah.Protokol ngomong langkah selanjutnya,karna gue terlalu
hanyut,gue gak denger,gue masih kesangkut di dermaga.
Gue
salah,salahhhhh.Upacara berlanjut,gue masih berdiri di tengah
lapangan,mendengar dan menyaksikan bagaimana cekikikan tumbuh jadi tawa yang
besar.Dajal hampir menjemput gue di waktu yang salah.
Sampe
sesi penyelesaian gue terjatuh di dermaga,gue masuk ke dalem ombak kegugupan
yang lebih besar dari sebelumnya.Gue berdiri,dan gue bertahan.Sepuluh menit
pertama,pori pori wajah gue melebar.Jalan ke sepuluh menit kedua,tengkorak gue mulai
retak.Belum sempet sampe (sepuluh menit ketiga masih otw) ke sepuluh menit yang
ke tiga,otak gue pendarahan.
Masuk
sesi pengangkatan bendera putih,tanda menyerah.Dengan otak yang abis
pendarahan,gue mulai mengkubur dalam dalam lagi rasa gugup gue.Gue jadi tau,di
tengah sini gak segampang gambar titit.
Oke
pembina keluar lapangan,gue teriak sampe ngeden,kasih hormat ke bayang bayang
pembina yang masih ada di tempat kami berpijak,4 meter di depan gue
tepatnya,kian lama kian menghilang bayangnya.Bayangan hilang,lagi,semua tegap.
Gue
balik badan,lagi sesi artis dimulai.Pengennya lambai tangan,bukan berarti gue
udah gak tahan,tapi berarti gue udah siap memberi tanda tangan gue.Gue
hormat,kesekian kalinya,tegap.Gue balik badan lagi,serong kanan dikit jos.Gue
hentakan lagi kaki gue dan berjalan,menuju ke pelabuhan~
0 Saran:
Post a Comment