Friday, November 27, 2015

Imagination.



Play biar lebih ganteng.


Uh, besok gue ulangan umum. Belajar? Belajar hanya untuk orang yang lemah.

Gak ada yang gue lakukan selain menerawang ke seisi kamar. Terutama pada langit-langit kamar yang selalu terisi imajinasi gue. Nih, gue tuang imajinasi gue ;

                “Di permukaan putih sana, ada seorang laki-laki yang kelihatannya amat terluka yang sedang duduk di ayunan yang sesekali bergerak lambat. Wajahnya piluh. Hatinya sama sekali tidak pulih. Tatapannya menyedihkan. Wajahnya, ganteng. Lalu, entah dari mana datang seorang wanita baru, pindahan dari tempat lain. Wanita itu datang, menghibur laki-laki tadi. Membahagiakan nya. Memperbaiki laki-laki itu, memeluk dan tak jarang wanita itu mampu mengukir sebuah senyum manis pada laki-laki itu.”


Dari tempat gue saat ini. Gue melihat itu indah banget, imajinasi gue kembali menari-nari.

                “Setiap saat, wanita itu berusaha mengobati si laki-laki. Laki-laki itu pun sembuh. Mereka berpelukan. Sungguh, bagi si laki-laki, wanita itu adalah hal terindah yang pernah datang di kehidupannya. Laki-laki itu pun menjaga wanita itu. Mencoba menjauhkan dari segala yang jahat, walau sering kali gagal. Bukan pacar, hanya sekedar teman. Hanya saja, teman dalam arti yang lebih. Bagi laki-laki itu, tidak ada yang lebih penting daripada wanita tersebut. Dia berharap, semuanya akan baik-baik saja. Dia berharap, wanita itu akan tetap memeluknya erat.”

Dari bawah sini, imajinasi gue tetap menari-nari, tidak dengan hati gue.

                “Sejak saat itu, hari-hari pasangan insan itu selalu indah, menjadi kenangan yang terbaik dalam benak masing-masing. Hari berganti hari, setiap sore mereka datang ke tempat mereka pertama kali bertemu dulu. Setiap hari wanita itu mengucapkan janji bahwa semuanya akan tetap seperti ini, tetap bersama laki-laki itu, tidak akan mencari apalagi bersama dengan sosok yang lain. Sang laki-laki pun mengucapkan janji yang sama.”

Memang indah ya, masa-masa awal dimabuk cinta gitu. Rasanya gak ada yang lebih indah daripada ngerasain itu terus  
  
                “Sama seperti pasangan lainnya, walau mereka sering bersama, menghabiskan waktu. Badaipun tak jarang hadir ke tengah-tengah mereka. Tapi bagi mereka, badai adalah hal yang biasa. Mereka selalu berhasil meredahkan badai yang datang.”

Sudah seharusnya seperti itu, setiap pasangan hendaknya berani  melewati badai bersama, bukan menunggu badai reda bersama.

                “Hingga suatu saat, ada badai yang tak terelakan. Saat itu, si laki-laki merasa ada yang berbeda dengan wanita itu. Sejak itu, laki-laki tersebutpun tak pernah berhenti bertanya-tanya tentang apa yang terjadi pada wanita itu. Tak jarang ketika mereka bersama, laki-laki itu bertanya apa yang terjadi. Wanita itu selalu menjawab tidak ada apa-apa, semua baik-baik saja.”

Percaya, adalah satu komponen penting dalam mempertahankan sebuah hubungan.

                “Laki-laki itu percaya, dan selalu mencoba berpikir positive tentang apa yang sedang terjadi. Namun, tetap saja. Ia merasa ada yang berbeda dengan wanita itu. Ingin rasanya laki-laki itu berteriak di depan wanita itu.”

Setiap salah satu dari pasangan  pasti ingin melakukan hal di atas. Berteriak di depan pasangannya. Berharap yang diteriaki sadar akan isi hatinya.

                “Waktu tetap berjalan, lama-lama luka yang pernah ada dari laki-laki itu kembali muncul. Seakan-akan luka yang pernah dijahit oleh wanita itu kini sudah kendur, terlepas. Dia tetap berusaha berpikir positive walau itu sulit”

Pernah gak, ngerasain sakit yang sakitttt banget. Tapi gak berdarah. Pernah kan.

                “Hingga suatu saat ketika rangkaian kalimat yang keluar dari mulut wanita tersebut benar-benar melepas jahitannya. Wanita itu berkata, bahwa dia telah menjadi milik orang lain. Dia sudah punya pacar. Memang, hanya sekedar teman. Wanita itu tidak mengerti, bahwa laki-laki itu sangat menyayanginya.”

‘Sebenarnya dalam sebuah hubungan, tidak ada istilah “Ditikung” “pho” atau yang lainnya. Jika setiap pasangan itu percaya. Tidak akan ada yang rusak.’

                “Wanita itu merusak semua janji-janjinya. Laki-laki itu, berkali-kali lipat lebih tersakiti dari luka yang sebelumnya. Wanita itu.... Ah!!!. Sejak hal itu terjadi, sepasang ayunan biasa itu hanya terisi oleh laki-laki tersebut. Kali ini wajahnya jauh lebih menyedihkan. Wanita itu? pergi. Bersenang-senang dengan pacarnya.”

‘Menurut gue, hal yang paling menyakitkan ketika kita saling jatuh cinta dengan seseorang adalah ketika salah satu dari kita berubah. Mengapa begitu menyakitkan? Karena dalam setiap perubahan hati, akan menggoreskan luka pada hati lainnya.’

                “Si laki-laki datang kepada wanita itu. Datang menagih janji-janjinya. Wanita itu menjawab, ‘harusnya kamu jangan percaya sama aku’ tanpa wanita itu sadari, wanita itulah yang membuat laki-laki tersebut percaya. Laki-laki itu tidak mampu menyalahkan wanita tersebut, amat berat baginya untuk menyalahkan wanita tersebut. Satu hal, laki-laki itu menyayangi wanita tersebut. Ia tak ingin, wanita itu terluka. Sejak saat itu juga, ayunan sebelah selalu kosong. Hanya satu yang terisi, diisi oleh laki-laki itu yang selalu menunggu kedatangan wanita itu. Banyak wanita lain yang datang, namun laki- laki itu tak pernah melirik wanita lain yang datang. Ia ingin menepati janjinya bahwa ia akan bertahan, menunggu wanita itu kembali dengan hati yang penuh luka.”



                “Aku harap, kamu mengerti. Kamu sadar. Aku harap, kamu kembali.”

Biar mirip kayak di pilem-pilem. Imajinasi gue “Based on true story”.

Uh, kok jadi menyedihkan gitu ya ceritanya.

Kini, imajinasi yang tadi menari-nari sedang duduk, beristirahat. Mungkin mencoba menemani laki-laki di dalamnya.


Gue pun terlelap.
Read More

Tuesday, November 24, 2015

Telah Berpulang, hehe.

               





                Akhirnya, semua membaik.

                Dia pulang kepada gue. Kembali membawa semua senyum yang dulu rajin ia bawa untuk gue. Gue seneng banget, ketika tau dia sudah kembali.

                Sekarang dia sering bbm gue lagii, asik..

                Nanyain kabar kayak dulu, tugas atau semacamnya. Indah.

                Gak nyangka banget dia bakal kayak gini lagi. Ternyata pengorbanan gue gak sia-sia. Gue nungguin dia dan akhirnya penantian itu selesai. Sekarang gue udah mulai telfonan lagi sama dia. Udah share cerita masing-masing. Udah sering nyanyi bareng lagi, makan bareng, kerjain tugas bareng.

                Di sekolah juga udah sering barengan lagi sama dia. Uhhh gak nyangka banget bakal kayak gini lagi, makasih.

                Dia bilang sayang lagi, dia bilang dia akan menetap. Gue harus percaya.

                Gue yakin kali ini akan baik.

                Hebat ya, dia pulang. Dia udah kayak dulu lagi, gak kayak sebelumnya, bbm gue atau chat gue aja gak pernah dibales. Mungkin aja, nomor telfon gue udah diapus ama dia.

                Tapi biarkanlah, semuanya sudah berlalu juga kan.

                Sekarang yang gue tau, dia ada di sini sebelah gue dan gak akan pergi jauh lagi.

                “Aku seneng kamu kembali, yakinkan aku kali ini akan menjadi lebih baik”

                Terima kasih, telah berpulang.

                .

                .

                .


                I lied.
Read More

Sunday, November 15, 2015

Tersakiti (Lagi)

Tersakiti (Lagi)



           Sebelum membaca, tekanlah tombol play di bawah.






                Ehm..

                Terima kasih untuk kamu yang pernah datang lalu pergi. Pernah meninggalkan sayang yang membekas di hati. Pernah membuat janji, yang sukar ditepati.

                Jika kamu mengingatnya, malam ini akan menjadi malam keempat sejak aku mengetahui bahwa kamu sudah milik orang lain.

                Di saat itu, aku hancur. Andai kamu mengerti.

                Sedih, ketika aku mengetahui tulisan-tulisan yang aku miliki tak mampu membuat mu kembali. Sedih, ketika aku menyadari bahwa ada sosok lain yang akan menjagamu. Pahit, ketika aku harus menerima kenyataan bahwa aku tak bisa bahkan tak mungkin bersama-mu lagi.

                Gue baru balik. Gue belom tidur sejak tiga hari yang lalu. Tidur sih, tapi tiap malem, tidur cuma satu sampe dua jam, sisahnya bergulat dengan pemikiran gue.

                Jadi sejak mungkin tiga minggu lalu, gue merasa ada yang beda sama Joni. Selalu gue bertanya-tanya apa yang terjadi. Selalu juga jawabannya adalah;

                 “Gak apa-apa semuanya baik baik aja.”

                Padahal enggak.

                Sejak gue merasa ada yang berubah dari dia, saat itu juga galau datang. Gue selalu nanya dia,
                “Kamu kenapa?”

                “Kamu sakit?”

Dan “Kamu” yang lainnya.

                Ah, pokoknya gak akan ada yang mau di posisi gue saat ini. Rasanya gelap. Ketika gue menemukan pengganti orang yang gue sayang banget. Gue berpikir, Joni adalah orangnya. Ternyata gue salah.

                Setiap malam, setiap waktu. Dia mengucapkan kalimat manis. Memberikan janji terhebat. Lalu merusaknya. Semuanya rusak.

                Entahlah...

                Gue gak tau harus nulis apa.

                Dia pernah berkali-kali mengatakan sayang pada gue, lalu hingga sampai suatu saat, di mana detik jam berjalan lebih lambat dari biasanya.

                Juga di bawah atmosfer bumi yang dingin.

                Juga pada rasa sakit yang menyorot pada kedua orang yang sedang berbicara bersebrangan melalui telfon.

                “Aku mau jujur sama kamu, tapi aku tau ini akan menyakiti kamu”

                Gue tau apa yang akan terjadi.

                “Kenapa? Kamu jujur aja.”

                “Aku udah lama mikirin ini, aku bingung mau kasih tau kamu gimana caranya. Aku gak mau nyakitin kamu tapi kalo aku gak kasih tau kamu juga aku takut nanti kamu tau sendiri malah tambah sakit” Terdengar suara isak tangis yang berarti.

                “Udah kamu jujur aja, heh jangan nangis dong cantik. Just tell me the truth.”

                “Sebenarnya, dari tiga hari yang lalu, aku udah taken

                Lalu ada hati yang hancur.

                Ada tangis keras yang tak mampu berteriak. Ada jiwa yang terpental jauh. Ada malam yang dingin.

                Gak lama dari itu, telfon terputus.

                Yah, ditinggalin lagi.

                Every fucking single times.

                They left me, just when they found the better one.

                Sebuah alasan klasik.

                Sejak saat itu, gue hancur. Sering bolos sekolah, males makan, ulangan gak pernah niat. Entahlah, gue sering mengalami ini, tapi kenapa yang kali ini lebih dari sekedar sulit untuk menerimanya

                Gue sih gak masalah sebenernya dengan dia jadian, gue tau selama ini gue bukan siapa-siapanya. Dan memang, gue gak ada hak apapun untuk ngelarang dia. Im just nobody.

                Sejak saat itu, bbm gue jarang banget dibales ama dia. Bahkan gue pernah ngajak dia telfon kayak biasa. Dia selalu bilang gak bisa. Kemarin-kemarin gue sempet baca chat mereka (bukan dari hape Joni). Dulu, gue selalu dibolehin minjem hape dia, tapi sejak dia berubah. Haha, ngeliat dia ngapain aja gakboleh.

                Balik lagi, jadi kemaren gue liat chat mereka.

                Ah, gila sweet banget. Baca nya air mata gue sampe netes loh. Hebat ya mereka. Yang membuat gue sakit lagi, gue liat mereka ternyata pernah telfonan, dan gue liat jamnya. Iya bener kok kalian, jam mereka telponan sama dengan jam ketika gue mengajak dia, kalo sama gue sih bilangnya gak bisa. Tapi iyalah pasti dia mengutamakan pacarnya.

                Lah gue siapanya? Haha.

                Gue juga ngeliat, mereka saling bilang sayang sayangan.

                Sakit ya, ketika kita tau dulu dia bilang sayang ke kita dan sekarang orang nya udah ganti.

                It’s just so sad how quickly things can change.

                Gue punya voice note banyak banget yang dia kasih, pasti ada kata “Sayang”nya. Masih sering gue dengerin tapi sekarang setiap gue ngedengerinnya jadi sakit.
                Gue yakin ini dia berubah sejak dia ikut band.

                Dulu sih sebenernya, dia sebelum ikut pernah nanya gue.

                “Aku boleh ikut band gak?” Kira-kira seperti ini.

                Saat itu, pengen banget gue bilang enggak. Gak usah. Gak boleh.

                “Yasudah boleh kok”

                Gak lama dari itu dia ikut band.

                Lalu, ada hati yang terluka (lagi).

                Gue yang ngizinin, tapi lama-lama gue yang sakit sendiri. Sebenarnya sakit, mungkin dia tidak mampu membaca gue.

                Bener kan sekarang, dia jadian. Sama anak band, satu band sama dia.

                Enggak marah kok, gue lagi kena dog fever.

                Gue gak nyangka dia ngingkarin janji-janjinya. Atau, gue nya aja yang terlalu berharap?

                Yah gue percaya apa yang terjadi itu yang terbaik. Mungkin cowok itu lebih baik dari gue, memang sih. Dia keren,ganteng,kaya.

                Gue gak menyalahkan si Joni, gue kecewa.

                Yah baiklah dia udah punya cowo baru lagi. Gue belom bisa menerima itu.

                Best of luck for both of you.

                Yah, tersakiti (Lagi).
               
                Untuk mantan yang kalo lagi baca ini,

                "Udah, gausah senyum-senyum lu kampret"



Salam rapuh.

               

                
Read More

Friday, November 6, 2015

Untuk M,

Untuk M,



Tekan tombol Play jika tertarik.. dan mulailah membaca ketika lirik mulai terucap.




Mungkin sedikit racikan kata ini tidak akan kamu baca karena kamu sedang marah.

Untuk doa dan mimpi yang pernah masing-masing kita amini... 


Perilaku mu yang menembus tubuhku hingga ke denyut nadi. Yang menjadikan hati ini diterpa oleh sebuah rasa yang dalam, sedih.

Walau pernah kita lalui bersama sebelumnya. Tapi entahlah, kali ini lebih dari berat.

Aku tau ini salahku, yang selalu egois. Tapi ini semua terjadi karena hati dan raga ini yang selalu menjerit untuk menggapaimu, lalu membahagiakanmu.

Bahkan ketika kepala ini selalu berputar melawan arah ketika hati memaksa.

Setiap ketukan di pintu, setiap bayang yang terlewat di jendela. Yang aku inginkan hanya sederhana,

Aku ingin ketika aku membukakan pintu, kaulah yang berdiri di sana dengan senjata pamungkasmu, senyum mu.

Aku ingin bayang yang terlewat di jendela menjadi sosok yang nyata.

Aku pernah tersesat, lalu kamu datang dengan menggenggam setitik cahaya yang menuntunku kembali.

Cahayanya kecil namun cukup besar untuk membelokan perasaanku.

Aku tahu, aku egois.

Aku mengurungmu, memberatkan sayapmu.
.


Tidakkah kamu ingat, cinta kita ini besar lebih besar daripada perasaan yang memar. Kita pernah saling meluapkan amarah pada gelas yang kosong. Yang setelah itu akan kita bagi dua, lalu kita minum habis. Agar muncul lah senyum setelah tegukan terakhir .

Tidakkah kamu ingat, rindu ini menusuk. Pernah ketika kita saling jauh, saling menghilangkan, untuk mencari laut baru untuk diarungi. Berakhir basah, berakhir kepada titik dimana kita seharusnya berada. Di satu kapal yang sama.

Aku ingat, ketika bukan hanya aku yang tersesat. Ketika kita tersesat, kita saling memberikan sinyal menyesat. Yang pada akhirnya membebaskan kita dan memberikan kita cahaya untuk kembali berpulang sambil meninggalkan mereka yang sesaat.
.


Kamu gak percaya kalo Kita memang sehebat itu?


Kita pernah menceritakan mimpi yang sama. Yang tak pernah lupa kita amini bersama.

Aku tahu kita jauh lebih tangguh dibanding badai ini. Aku tidak ingin, semua ini dihancurkan oleh 
krikil rasa yang mulai kabur.

Kembalilah, dan tersenyum lah.

Seperti saat itu pertama kali kita bertemu. Kamu dengan wajah bingungmu, dan aku dengan wajah gugup.

Percayalah denganku, bahwa hati  ini kuat. Bahwa cinta ini tangguh.

Bahwa kita pernah bersama melalui ini sebelumnya. Jangan henti di sini.

Kita lebih tangguh dari ini dan kita berdua tahu akan hal itu.

Sayang, badai akan selalu datang. Pasir dan kabut akan selalu menghalang. Namun, kita tidak boleh menunggu badai ini reda. Gapailah tanganku dan genggam sekuat-kuatnya. Mari kita menari lewati badai.

Seperti dulu kala.

Untuk M,

Dengan cinta.
Read More

Monday, November 2, 2015

Back To My Very Old Days, haha.


Back To My Very Old Days, haha.

                Gue belom pernah cerita ini ke siapa-siapa. Jadi, pas gue masih SD gue suka bikin puisi-puisi gitu terus gue bacain dan gue rekam. Gila, sotoy banget gue dulu. Pengennya keliatan keren, tapi jadinya kayak anak hilang arah.

                Dan barusan, rumah gue mati lampu. Gak ada yang bisa gue kerjakan. Jadilah, gue mulai nulis puisi-puisi gitu. Gue bacain, dan gue rekam. Kali ini puisinya bisa aja sih dibilang dari curahan hati gue saat ini. Tapi di balik itu semua, really ini just for fun  aja kok.

                Judulnya, Mencintai Sebegitu Dalamnya.

                Gila , tajem gak.

                Bisa kalian download di link bawah

                Mencintai Sebegitu Dalamnya (updated)
                Tinggal klik tulisan biru di atas, pilih yang kanan gue tau kalian gakpunya uang jadi klik yang "Unduh Gratis" kalo disuruh tunggu paling 1 menit. Oiyah, kalo disuruh login, login aja pake Google atau fb atau twitter atau Instagram. Gak gede kok size filenya, cuma 3,5 MB.
            
               Atau bagaimanapun keluarnya, cari aja menu 'Unduh'.
 
                Kalo udah kayak gitu, tinggal enjoy deh. Enjoy ya!
                Nah kalo kalian tertarik, comment di post ini yah. Kalo kalian suka, tiap hari senin atau selasa bakal gue upload kayak beginian. Rencananya sih gitu.
                Nikmatin aja, kalo ada salah maap. Gue tau kalian akan menertawakan gue, gue terima itu, ini karya gue, gue bangga :).
                Kalo suara gue mirip kayak homo itu kenyataan. Kalo gak jelas mohon maklumi. Kalo suka, sebarkan. Oke?

                :)
Read More