Untuk M,
Tekan tombol Play jika tertarik.. dan mulailah membaca ketika lirik mulai terucap.
Mungkin sedikit racikan kata ini tidak akan kamu baca karena
kamu sedang marah.
Untuk doa dan mimpi yang pernah masing-masing kita amini...
Perilaku mu yang menembus tubuhku hingga ke denyut nadi.
Yang menjadikan hati ini diterpa oleh sebuah rasa yang dalam, sedih.
Walau pernah kita lalui bersama sebelumnya. Tapi entahlah,
kali ini lebih dari berat.
Aku tau ini salahku, yang selalu egois. Tapi ini semua
terjadi karena hati dan raga ini yang selalu menjerit untuk menggapaimu, lalu
membahagiakanmu.
Bahkan ketika kepala ini selalu berputar melawan arah ketika
hati memaksa.
Setiap ketukan di pintu, setiap bayang yang terlewat di
jendela. Yang aku inginkan hanya sederhana,
Aku ingin ketika aku membukakan pintu, kaulah yang berdiri
di sana dengan senjata pamungkasmu, senyum mu.
Aku ingin bayang yang terlewat di jendela menjadi sosok yang
nyata.
Aku pernah tersesat, lalu kamu datang dengan menggenggam
setitik cahaya yang menuntunku kembali.
Cahayanya kecil namun cukup besar untuk membelokan
perasaanku.
Aku tahu, aku egois.
Aku mengurungmu, memberatkan sayapmu.
.
Tidakkah kamu ingat, cinta kita ini besar lebih besar
daripada perasaan yang memar. Kita pernah saling meluapkan amarah pada gelas
yang kosong. Yang setelah itu akan kita bagi dua, lalu kita minum habis. Agar muncul
lah senyum setelah tegukan terakhir .
Tidakkah kamu ingat, rindu ini menusuk. Pernah ketika kita
saling jauh, saling menghilangkan, untuk mencari laut baru untuk diarungi.
Berakhir basah, berakhir kepada titik dimana kita seharusnya berada. Di satu
kapal yang sama.
Aku ingat, ketika bukan hanya aku yang tersesat. Ketika kita
tersesat, kita saling memberikan sinyal menyesat. Yang pada akhirnya
membebaskan kita dan memberikan kita cahaya untuk kembali berpulang sambil
meninggalkan mereka yang sesaat.
.
Kamu gak percaya kalo Kita memang sehebat itu?
Kita pernah menceritakan mimpi yang sama. Yang tak pernah
lupa kita amini bersama.
Aku tahu kita jauh lebih tangguh dibanding badai ini. Aku
tidak ingin, semua ini dihancurkan oleh
krikil rasa yang mulai kabur.
Kembalilah, dan tersenyum lah.
Seperti saat itu pertama kali kita bertemu. Kamu dengan
wajah bingungmu, dan aku dengan wajah gugup.
Percayalah denganku, bahwa hati ini kuat. Bahwa cinta ini tangguh.
Bahwa kita pernah bersama melalui ini sebelumnya. Jangan
henti di sini.
Kita lebih tangguh dari ini dan kita berdua tahu akan hal
itu.
Sayang, badai akan selalu datang. Pasir dan kabut akan selalu
menghalang. Namun, kita tidak boleh menunggu badai ini reda. Gapailah tanganku
dan genggam sekuat-kuatnya. Mari kita menari lewati badai.
Seperti dulu kala.
Untuk M,
Dengan cinta.
Kece lex
ReplyDelete