Friday, November 6, 2015

Untuk M,

Untuk M,



Tekan tombol Play jika tertarik.. dan mulailah membaca ketika lirik mulai terucap.




Mungkin sedikit racikan kata ini tidak akan kamu baca karena kamu sedang marah.

Untuk doa dan mimpi yang pernah masing-masing kita amini... 


Perilaku mu yang menembus tubuhku hingga ke denyut nadi. Yang menjadikan hati ini diterpa oleh sebuah rasa yang dalam, sedih.

Walau pernah kita lalui bersama sebelumnya. Tapi entahlah, kali ini lebih dari berat.

Aku tau ini salahku, yang selalu egois. Tapi ini semua terjadi karena hati dan raga ini yang selalu menjerit untuk menggapaimu, lalu membahagiakanmu.

Bahkan ketika kepala ini selalu berputar melawan arah ketika hati memaksa.

Setiap ketukan di pintu, setiap bayang yang terlewat di jendela. Yang aku inginkan hanya sederhana,

Aku ingin ketika aku membukakan pintu, kaulah yang berdiri di sana dengan senjata pamungkasmu, senyum mu.

Aku ingin bayang yang terlewat di jendela menjadi sosok yang nyata.

Aku pernah tersesat, lalu kamu datang dengan menggenggam setitik cahaya yang menuntunku kembali.

Cahayanya kecil namun cukup besar untuk membelokan perasaanku.

Aku tahu, aku egois.

Aku mengurungmu, memberatkan sayapmu.
.


Tidakkah kamu ingat, cinta kita ini besar lebih besar daripada perasaan yang memar. Kita pernah saling meluapkan amarah pada gelas yang kosong. Yang setelah itu akan kita bagi dua, lalu kita minum habis. Agar muncul lah senyum setelah tegukan terakhir .

Tidakkah kamu ingat, rindu ini menusuk. Pernah ketika kita saling jauh, saling menghilangkan, untuk mencari laut baru untuk diarungi. Berakhir basah, berakhir kepada titik dimana kita seharusnya berada. Di satu kapal yang sama.

Aku ingat, ketika bukan hanya aku yang tersesat. Ketika kita tersesat, kita saling memberikan sinyal menyesat. Yang pada akhirnya membebaskan kita dan memberikan kita cahaya untuk kembali berpulang sambil meninggalkan mereka yang sesaat.
.


Kamu gak percaya kalo Kita memang sehebat itu?


Kita pernah menceritakan mimpi yang sama. Yang tak pernah lupa kita amini bersama.

Aku tahu kita jauh lebih tangguh dibanding badai ini. Aku tidak ingin, semua ini dihancurkan oleh 
krikil rasa yang mulai kabur.

Kembalilah, dan tersenyum lah.

Seperti saat itu pertama kali kita bertemu. Kamu dengan wajah bingungmu, dan aku dengan wajah gugup.

Percayalah denganku, bahwa hati  ini kuat. Bahwa cinta ini tangguh.

Bahwa kita pernah bersama melalui ini sebelumnya. Jangan henti di sini.

Kita lebih tangguh dari ini dan kita berdua tahu akan hal itu.

Sayang, badai akan selalu datang. Pasir dan kabut akan selalu menghalang. Namun, kita tidak boleh menunggu badai ini reda. Gapailah tanganku dan genggam sekuat-kuatnya. Mari kita menari lewati badai.

Seperti dulu kala.

Untuk M,

Dengan cinta.

1 comment: