Saturday, January 16, 2016

Pesan Kepada Bintang.

Pesan Kepada Bintang.
(Edisi malam minggu dan spesial post ke 40)

Kamu...

Kamu pasti udah capek kan ngeladenin dia? makanya kamu datang ke aku. Gak apa. Seperti kata Anang di lagu nya, “Datanglah bila engkau menangis.”. Sini, kamu ngedeket. Aku punya bahu untuk kamu bersandar, aku juga punya jemari dingin yang siap mengusap air mata kamu.

Ceritain ke aku, bagaimana dia nyakitin kamu. Jujur sama aku. Ada masalah apa yang bikin kamu jadi kayak gini? Pasti masalahnya besar banget sampe-sampe kamu datang ke aku lagi. Kerjaan aku memang kayak gini. Nungguin kamu disakitin terus datang ke aku, kamu nangis aku ngobatin kamu, kamu sambuh dan kamu pergi lagi.  

Aku udah biasa kali, sama kejadian yang terus berulang-ulang ini. Ibarat pisau, aku ini udah tajam. Kenapa? Karena tiap saat kamu sama dia, aku terasah. Oh, kamu gak nyadarin itu semua? Baguslah. Aku gak ingin, aku ganggu pikiran kamu. Kamu memang udah punya satria pelindung. Sedangkan aku, seorang sahabat pena. Menulis, menulis, dan menulis.

Nulis tentang kamu, tentang aku, tentang kita. Kamu inget gak, waktu itu aku lagi nulis terus kamu dateng ke aku. Saat itu, di bawah bulan yang terbelah. Kamu sadar gak, kalo saat itu aku bahagia. Aku mau kasih tau kamu sesuatu. Saat itu adalah saat di mana aku pertama kalinya melihat bintang berkedip genit.

Sebenernya, Aku itu cemburu sama bintang. Dia itu indah, terang. Berani untuk bilang sayang yang lebih sama kamu. Dia bisa nyaksiin kamu kapan aja, bisa terangin jalan kamu pulang. Tapi terkadang, aku juga yakin. Bahwa dia cemburu sama aku. Dia memang bisa nerangin langkah kamu, tapi dia gak pernah bisa melangkah sama kamu. Dan aku, adalah satu-satunya orang yang pantas melangkah bersama kamu.

Bukan bintang, aplagi si satria pelindung kamu itu. Seandainya, aku bisa mengatakan ini.

Aku itu seneng, kalo kamu disakitin sama dia. alasannya spele, karena cuma ketika kamu tersakiti, kamu datang kepada aku. Aku kangen kamu.

Aku lihat, kamu kayak kesepian deh sejak kamu gak sama satria kamu itu. Hati aku tau, walau kamu berusaha mengukir lekukan di bibir itu, tapi  sebenernya kamu kesepian kan?

Tumben, biasanya kalo kamu sedih kamu datang ke aku. Kenapa? Kamu masih mikirin dia? bagus. Perjuangin aja terus sampe mampus. Kayak aku gini nungguin kamu. Hah? Aku terlalu kasar ya. Maaf. Aku cuma emosi aja kalo perasaan ini datang. Capek tau, udah nungguin udah perjuangin tapi gak ada hasilnya, jangankan hasil, dilirik aja enggak.

CAPEK.

Hidup dengan deraian air mata yang tak pernah berani untuk menetes. Satu triliun rasa yang bercampur tanpa berani meluap. Ratusan juta kata yang nyumput tanpa berani berteriak.

Sejuta kata untuk sebuah harta. Mencoba menata hingga buta. Meniup-niup padahal tertutup. Menanti padahal tersakiti. Menunggu dengan wajah lugu.

Belom ngerti juga? Kayak di awal, sini kamu ngedeket. Aku punya ratusan saran, sedangkan semua yang kamu punya adalah penyesalan. Coba sini, semua penyesalan kamu kita cocokin sama saran aku.

Satria kamu itu punya apa sih yang bikin dia spesial? Dia kaya atau dia calon raja? Kamu buta atau kamu gila?

Lantas, aku kurang apa? Kurang hebat atau kurang taat? Kurang sayang atau cukup malang?

Oiya satu lagi, kamu kenapa gak kembali ke aku? takut? cemen.

Gak ada yang perlu ditakutin, percaya sama aku ya. Siang akan selalu hangat, dan pagi gak akan pernah sedingin biasanya. Dan untuk malam, tidak akan pernah sesepi ini.

Dan bintang, akan cemburu lagi.



0 Saran:

Post a Comment