Saat para galau-ers membutuhkan,
Aku menghilang.
Ternyata enggak sebentar ninggalin ini. Gak perlu dijelasin lagi kenapa. Dari terakhir kali gue post, ada beberapa hal yang tinggal di benak gue. Enggan benar untuk pindah. Mulai dari yang menyakitkan (membahagiakan) sampe ke yang emang membahagiakan. Ada kebimbangan. Ada cemas. Banyak sekali.
Menyakitkan namun membahagiakan itu ketika yang lalu, gue ikut lomba nulis. Dan, gue gak menang. Jujur, gue orang yang gak pernah bisa nerima kekalahan itu dengan ikhlas. Jujur lagi, ketika malam, hari itu juga. Layaknya manusia nokturnal lainnya, gue gak bisa tidur. Gue merenung. Gue merasa, kalah dalam hal nulis ini jauh lebih "nge-jleb" dari pada kalah saat turnamen basket. Yah actually, dua-duanya menyakitkan.
Entah ya, apa yang bikin kayak gitu. Bahkan, gue sendiri-pun gak ngerti kenapa kayak gitu, Terus terngiang-ngiang. Ada yang bilang, karena ketika gue turnamen basket itu beramai-ramai (1tim) dan kalo nulis kemarin itu per-individu. Itu alasan yang masuk akal, tapi tidak benar. Gue yakin bukan itu, bukan. Ada hal lain.
Gue gak ingin mengakui bahwa mungkin aja gue memang berada di jalan nulis ketimbang basket. Karena, cinta gue lebih kepada basket. Karena itu tadi, "beramai-ramai" asik jadinya. Tapi gue mensyukuri keduanya bisa hadir dalam hidup gue. Dua-duanya berarti. Hanya saja, gue lebih ingin menaruh cinta lebih terhadap basket.
Terus, kenapa membahagiakan? karena ini adalah kali pertama gue bisa ikut lomba nulis. Gue gak akan "ngedumel" layaknya hari pertama ketika gue kalah. Gue mau mengakui aja, bahwa mereka yang menang adalah hebat, tanpa "jalan pintas". Memang mereka layak. Gue belum saatnya. Ini yang membahagiakan, gue bisa sadar. Cyus!
Oh ya, kebimbangan. Hmm, sebenernya ini gak jauh beda dari yang cemas. Ini seakana-akan campuran dari cemas dan sedih. Apa yang gue cemas-in? Apa yang gue bimbang-in? Melly Goeslaw?
Gue sebagai mausia nomaden jelas gue banyak tempat berpijak dan bersinggah. Semua di rumah teman. Yang gue cemasin adalah nanti. Waktu yang akan datang. Ketika gue emang harus berbeda jalan dengan mereka. Sepertinya, ini adalah kecemasan tiap makhluk. Kerbau-pun cemas, ketika harus tertinggal dari rombongannya, bukan begitu?
Gue takut, semua pengalaman yang ada ini nanti tinggal jadi alasan untuk tersenyum. Apalagi ketika nanti tinggal jadi alasan untuk memahat air mata. Cuma bisa dibayang-bayangin aja kebersamaan ini. Gak ada cara untuk bisa mengulangnya. Apalagi, ini adalah tahun terakhir gue di SMP. Gue gak ingin pisah. Sebenarnya, gue gak boleh menyia-nyiakan tahun akhiran ini. Gue ingin buat cerita sebanyak-banyaknya. Namun, yang gue takut dari perpisahan tahun ini itu kehilangan seorang sahabat gue.
Bukan se-angkatan gue, dia juga lagi di penghujung masa abu-abunya. Maka, ketika gue lulus, dia juga akan lulus. Dia akan merantau untuk menimba ilmu sebagai bahan alat tukar dengan uang nanti kedepannya. Gue benci, dia harus melanjutkan studi nya. Gue gak kebayang nanti, rasa apa yang akan muncul kalo gue lewatin depan rumah nya. Gue takut, bayangan yang lalu akan datang. Bedanya, dalam dunia nyata, itu hanya rumah kosong. Kenapa kosong? karena gak ada dia. Walau ada keluarganya yang lain, itu tetap kosong bagi gue.
Semoga gue kuat untuk melewatinya, semoga.
udah ah. syedih cuy. Tapi enak sih, udah bisa tuang ke sini. Daripada gue pendam selama-lamanya. Gue sudah enakan, setidaknya,
Oiya, dari post yang lalu gue bilang bahwa WP gue akan bangkit lagi dengan bantuan temen sekolah gue. Yap, dia udah kasih bahan untuk ditulis, hanya.... hehe
Sekarang banget nih, ketika gue nulis ini. Gue lagi ada di rumah temen gue, Temen gue lagi kondangan, jadi laptop nya gue pake aja untuk nulis. Dan, bahan yang dia kasih itu ketinggalan di rumah. Hehe. Jadi mungkin post nya agak telat ya :D. Untuk ngikutin prosedur, minggu depan bakal ada di WP. Gue merasa berasalah banget loh.
Sabar aja untuk yang nungguin, walaupun gak akan ada yang nungguin sih.
Terakhir, untuk yang membahagiakan. Gue siapin yang terbaik untuk di akhir. Kemarin gue ke 21, untuk nonton Warkop DKI Reborn. Bersama, dua kawan main. Wih, kudu diperbanyak tuh film Indo yang kayak gitu. Pokoknya pecah abis, keren. Yang gue suka dari reborn ini adalah, gaya Warkop yang emang gak berubah. Gak ada yang diganti secara terang-terangan, secara bersar-besaran. Tetap intinya Warkop. Bagian-bagian yang gue kagum itu pas bagian "sindiran", pokoknya gokil deh. RECOMMENDED banget.
Apalagi acting-nya Vino G Bastian, sebagai alm.Kasino dia memerankan itu dengan sangat baik, baik sekali. Bagi gue, Vino punya nilai lebih sendiri yang menambah kharisma film ini terhadap penilaian gue.
Untuk kesekian kalinya, gue ke bioskop untuk film Indonesia. Merasa bangga sekali tinggal di negeri ini. Merasa bangga ketika bisa mengeluarkan kertas biru berpahlawan untuk menyaksikan film Indonesia. Gue gak akan nonton film luar di bioskop! Janji!
Perfilman Indonesia, terus berkembang. Berjaya. Tapi tetap aja, masih ada aja para creator film yang ngincer duit. Gue bingung, masih ada aja orang kayak gitu. Please lah, jangan kotorin perfilman Indonesia dengan film-film sampah. Indonesia butuh sesuatu yang hebat. Bukan sampah.
Gue mau cooling down dulu, abis tarik urat untuk ngejelek-jelekin film sampah Indonesia. Sambil nunggu tuan rumah agar pulang, dari kondangan...