It's been months.
Sudah dua bulan sejak terakhir menulis di sini. Baru sadar ternyata terakhir masih tentang Joni. Kalo ada yang pantas disalahkan, tuntut film Fight Club (1999) atas kegagalan gue dalam mengisi blog ini secara produktif. Akhir Oktober 2017, gue yang merasa dalam titik terendah di hidup gue, mencoba untuk nonton film legendaris tersebut. Alhasil, gue sangat enjoy film itu. Oiya, gue agak bingung sama mereka - mereka yang bisa ngejalanin movie marathon. Di mana, jika gue, ketika udah kelar nonton satu film, butuh berhari - hari lagi bagi hati gue untuk membukakan pintu bagi film lain. Kayak Fight Club. Gue suka banget filmnya karena gue nonton di saat yang tepat. Ada satu line yang gue suka banget :
" You met me at the very strange time, in my life."
Gue suka bagian itu karena menurut gue, itu sangat menggambarkan kehidupan gue di SMA ini. Di mana, gue yang berubah drastis dari SMP. Entah kenapa, gue jadi pinter. Entah kenapa gue jadi baik. Entah kenapa, guru - guru suka sama gue. Entah. Oiya, gue juga jadi juara kelas di SMA ini. Dulu di smp, 20 besar aja berat.
Nah, dari situ, bisa banget disimpulkan bahwa gue melakukan progresif. Gue berubah mengarah yang lebih baik. Terlebih gue bisa bikin nyokap bangga dan bisa nepatin janji gue di kala perpisahan SMP. Inget banget waktu itu, gue ngomong sama nyokap (ketika perpisahan SMP).
" Ma, maaf, tapi jangan berharap Alex bisa maju ke panggung atas predikat nilai tertinggi. Tapi nanti, SMA, Alex kasih pararel satu. Percaya aja."
Gue selalu suka sama nyokap atas kebebasan yang diberikan. Mungkin, ibu - ibu lain nggak akan nerima itu semua. Nyokap lain banyak yang menuntut anaknya agar bisa mendapatkan semua barisan nilai terbaik. Nyokap gue kagak. Gue bisa ngelakuin hal yang gue suka sepuasnya. Dari situ gue sadar, kebebasan yang diberikan harus diolah penuh dengan tanggung jawab. Alhasil, gue kasih juara kelas ke nyokap, pararelnya nyusul nanti ketika diumumin. Ada garis lengkung kecil di bibir nyokap. Nyokap seneng, gue bangga.
Di sini masalahnya terjadi, memang progresif, memang baik adanya. Tapi, semakin gue jalanin, gue semakin sadar bahwa, justru gue kehilangan diri gue sendiri. Gue yang emang suka protes terhadap hal yang gue gak setuju, sekarang nerima - nerima aja. Gue yang aslinya suka nyeletuk guru, sekarang cuma bisa diam memperhatikan pelajaran yang sebetulnya nggak berguna. Nah.
Dua bulan terakhir merupakan bulan terberat bagi gue sejauh ini. Di mana gue yang mengalami masa progresif di SMA justru kehilangan diri gue sendiri. Dan ya, film itu gue suka banget. Kalian coba deh nikmatin. Kalo nggak ada, gue punya filmnya kok. Kalo di antara kalian ada yang berkemungkinan ketemu gue, bisa gue kasih kok. Itung - itung bagi berkah.
Oiya, ini cuma sekadar tulisan singkat sebelum besok berlayar ke Batavia. Juga, tulisan terakhir di 2017. Juga, tulisan yang diharapkan, menjadi awal dari tahun yang lebih produktif. Cao.
Oiya, ini cuma sekadar tulisan singkat sebelum besok berlayar ke Batavia. Juga, tulisan terakhir di 2017. Juga, tulisan yang diharapkan, menjadi awal dari tahun yang lebih produktif. Cao.
0 Saran:
Post a Comment