Friday, December 28, 2018

Ujian Mendekati Min


Maka jadilah tulisan ini, di sela sela kegiatan pagi hari dan sebelum berangkat ke kantor imigrasi.

Ini tanggal 28 Desember,,, 6 Hari setelah kejadian tsunami yang lalu.
Gini deh,,,, kalo gue inget - inget, tulisan terakhir gue itu muncul sekitar dua bulan lalu, atau bahkan tiga ? lupa.

Banyak hari - hari yang gue lewatkan, kejadian - kejadian. Kita hidup lalu lupa, menulis, adalah caraku untuk mengingat.

Eh, ternyata ya, blog ini sekiranya sudah ada sejak gue umur empat belas tahun. Sekarang, gue udah tujuh belas tahun. Yang gue rasakan adalah, gue sekarang sudah mulai banyak mengurus berbagai kebutuhan atas dasar tanggung jawab sendiri.

Gue bikin SIM, KTP, PASSPORT, atau ke rumah sakit, semuanyan sendiri. Biayanya juga sendiri. Asik sih, jadi mengerti. Tapi ada nggak asiknya, isi dompet selalu raib.

Dengan adanya SIM, tentu gue nggak perlu takut - takut lagi dengan Pak Polisi. Kalo lagi di jalan terus diberhentikan,, gue bisa pasang muka songong sambil bilang :

" Nih, masih baru. ! "

Lalu Pak Polisi bakal terhenyak, secara perlahan menganggukan kepala. Lalu berkata :

" Anak yang baik. "

Lalu gue pergi,,, meninggalkan Pak Polisi dalam nuansa kekaguman.

Maksud gue adalah, udah nggak perlu takut lagi untuk diberhentikan polisi. Ya kecuali,,, gue membawa dua kilogram sabu di tas.

Dengan begini, gue jadi merasa lebih bebas untuk pergi berdua sama Min. Eh, baru pada tau ya ? hihihiihihi. Dengan begini juga, jelas sekali, tingkat kebucinan gue meningkat.

Tapi aku selalu senang untuk berdua, kalau malam, kalau siang, kalau sore, sekali pagi. Aku senang ketika kamu dekat aku. Sungguh, kamu adalah pengemudinya. Katakan padaku mau kemana kamu, kita akan terbang ! 


Gue juga udah nonton bareng lho ama Min ! Moment pertama adalah, sebuah film dokumenter Coldplay yang hanya tayang one day at one time di seluruh dunia. 14 November 2018. Tiket film ini tentu saja pre-sale mulai dari tanggal 26 Oktober sebelumnya. Tau nggak, tanggal 26, pulang sekolah hujan - hujan, gue tetep beli ! Padahal gue nggak tahu saat itu, Min bakal bersedia atau tidak. Seandainya enggak, gue berencana supaya tiketnya bisa diberikan kepada orang yang lebih membutuhkan. Contoh : tukang bubur dan mie ayam. Pasti capek seharian bikin adonan.

Tulisan macam apa itu.

Selain karna bisa duduk bersebelahan. Yang lebih menganggumkan adalah saat itu, adalah hari pertama dan kali pertama, gue masuk rumah Min. Hawanya bagus. Bau melati, ada bunyi tanjidor, dan tentu ada malaikat. Yang lebih ajaib adalah adanya sosok popo Min. Setelah berada di dalam sana untuk beberapa waktu, gue baru tau bahwa, sosok tersebut merupakan bentuk lain dari ujian mendekati Min. Yah, harus siap - siap. Gue rasa, kalo popo nya enggak setuju, udah deh kelar sampai di situ. Ujiannya lumayan berat, tapi syukur, gue lulus. Hihihihihi

Tapi sejak itu gue mulai mikir. Kan Min memang secantik itu yah, pasti banyak yang deketin. Terus ? semuanya dateng kerumah dan mendapatkan ujian yang sama, gitu ? Gue yakin banyak yang gagal.

Marilah kita mengheningkan cipta bagi jiwa - jiwa yang gugur dalam ujian pertama mendekati Min.

Dari situ, gue mulai lebih dekat dengan keluarganya. Mama cantiknya, Papa gendutnya, dan Cece kembarannya. Asik.

So you sail away, into a grey sky morning, now im here to stay, youre just the best i ever had.

Setiap kali datang ke sana, ah. Senang. Kemarin, beberapa hari yang lalu,,, gue berkesempatan pergi bareng Min, Mama, Cece. Ketika moment itu terjadi, gue benar - benar tahu bahwa gue sedang bahagia. Namun, moment paling hebat dari kejadian tersebut adalah... perasaan setelah pulang dari mereka. Ketika di atas kendaraan sendiri, ruang kepala mulai dipenuhi oleh kepingan - kepingan kenangan tentang apa yang baru saja terjadi. Secara sadar, setiap bagian dari kejadian tersebut terjahit dengan sempurna. Lalu masuk memori jangka panjang. Mungkin bisa hilang tujuh puluh tahun lagi ketika gue Alzheimer.

Ditambah, besoknya, gue memang punya rencana pergi ke ulang tahun temen, bareng Min. Saat itu, Min pake dress. Sebenarnya, mau gue kasih fotonya di sini. Tapi jangan ah. Takut kalian jatuh cinta, lalu kita berantem deh.

udah ah, mau pergi ke imigrasi. udah telat lima belas menit nih !!!!

Tapi ini yang namannya jatuh cinta seharusnya, sedih, sedih, sedih, lalu senang sekali untuk menutupi kekecewaan lainnya. Satu kesenangan bersamamu itu cukup. dan aku mulai suka dengan kamu yang membiarkan rambutmu hidup dan bebas. 
Meskipun kamu tidak menggunakan anting, aku masih suka untuk memperhatikan telingamu. Takut ada yang bisik - bisik untuk ninggalin aku. 
Tapi aku rindu, dan cinta, dan itulah kenyataannya.

Read More

Sunday, October 7, 2018

some birds aren't meant to be caged

Pernah ada perkataan,,,

Setiap kali kita jatuh cinta, IQ kita turun 10 poin. 

Gue setuju, meskipun penurunan IQ 10 Poin tidak terjadi pada gue ( gue 100 poin ), tapi gue rasa itu benar.

Sejak awal jatuh  cinta dengan Min, gue memang merasa menjadi pribadi yang lebih bodoh, dann,, lebih rapuh. Bukan, bukan karena Min yang memberikan dampak buruk. Tapi,,, entah ini gue doang atau semua merasakan ini :

Ketika jatuh cinta, gue jadi rela mengorbankan banyak hal dalam hidup gue. Uang, waktu, kesabaran untuk selalu mengalah, dan lain - lain. Sederhananya, apapun yang Min minta, butuh, bakal gue usahain dan bakal gue berikan. Kecuali Min minta harga diri gue, nggak akan gue kasih ( karena gue gapunya. ).

Yang paling parah adalah,,, saat - saat ini, gue selalu pengin bersama Min. Kalo di sekolah, gue selalu berusaha nemenin ketika Min lagi sendiri, ketika lagi nunggu jemputan, ketika lagi muram, beliin makanan di kantin lalu kembali menapaki tangga yang banyak, buangin sampah. Tunggu, sampe sini, gue udah mirip budak belum ? Hihihi
Enggak. Gue enggak masalah sama sekali dengan itu. Enggak jarang, gue harus menelan berbagai penolakan secara bulat, enggak jarang harus tahu diri agar tidak mengusik kenyamanannya. Toh begitupun, gue selalu senang. Mengapa bisa senang, yahh mungkin karena perasaan jatuh cinta memang selalu menyenangkan.

Ketika jatuh cinta, kita terangsang seratus persen untuk selalu memberikan yang terbaik buat pasangan. Nah, itu. Yang dulu males banget untuk menjaga penampilan, sekarang  mulai berubah, kita enggak ngomongin muka loh ya, kalo muka gue ... Gimana cara mengusahakannya ?
Yang dulu males banget belajar matematika, sekarang,,, males juga sih. Tapi,,, ya gitu deh... Pokoknya, meskipun kelihatannya gue seperti budak, tapi gue senang menjalani profesi ini.

Sampai rumah, gue selalu berusaha nemenin ketika Min bosan, mencoba memberikan berbagai hiburan, yah meskipun Min selalu membalasnya dengan datar atau bahkan, tak perduli. Tapi enggak apa - apa. Yang penting Min bisa lepas  dari belenggu kebosanan dan melanjutkan hidupnya dengan bahagia.
Enggak jarang gue nungguin Min belajar,ngerjain tugas. Kadang gue bantuin belajar. kadang gue bantuin tugas Min. Sebisa gue,, apapun gue lakuin. Orang - orang pada nanya, Kenapa ?
Pertanyaannya bodoh banget. Ya jelas, karena gue sayang dan, di satu sisi gue pengin dia bisa istirahat lebih awal, di sisi lain, gue pengin bisa selalu bersama Min tanpa ada halangan apapun.
Usahaa guepun gak selamanya berhasil, kadang kecewa dengan diri sendiri. Seperti pas Min lagi belajar, gue diam - diam tertidur. Padahal gue udah berusaha untuk tidak tertidur. Ketika MIn yang mungkin ketiduran di malam yang lebih awal, gue nungguin sampe sebisa gue. Lalu gue buat jadwal alaram bunyi setiap 45 menit sekali sampai pagi hari. Yang gue pikirkan adalah, gimana jika Min tiba - tiba terbangun dan tidak punya siapa - siapa ?

Misal Min secara sengaja atau tidak tertidur pada pukul 7 malam, gimana kalo dia terbangun pukul 3 pagi  dan lalu tidak bisa untuk kembali tidur ? di saat - saat seperti itulah, gue pengin diri gue selalu ada untuk menemani.

Tapi enggak jarang, gue gagal.

Ternyata, dari semua usaha itu, ada yang berhasil ada yang kagak. Ada yang bikin Min senang,, dann,,, ada yang bikin Min merasa risih. Sering, kehadiran gue di hidupnya membuat Min risih.

Mungkin hal itulah yang tengah Min rasakan terhadap gue. Min membutuhkan waktunya sendiri untuk tidak bersama gue. Yah, okay. Dibilang sedih, ya pasti. Kembali lagi,,, tahu diri  itu lebih penting daripada tahu tempe. Nah loh.

Jadi gini. Kebetulan hari sabtu di sekolah sudah diliburkan. Kemarin, sabtu menuju minggu, di sore harinya, gue pergi bareng Min, dan kawan - kawan.... Hingga hari mulai sore, lalu kami berpisah di tempat masing - masing.

Enggak lama, gue memang pengin pergi menginap di rumah salah satu temen gue, Indra namanya. Bali asalnya. Sabtu 6 Oktober kemarin, mungkin adalah hari Sabtu terberat yang pernah gue jalani.  Malam - malam, ada sebuah pertengkaran hebat antara gue dan Min.  Berakhir dengan sebuah pernyataan bahwa Min ingin sendiri tanpa gue sampai waktu yang tidak ditentukan. Hiks. Yah jika itu memang kehendaknya, siapakah gue bisa melarang ?
hari ini hari minggu. Pagi - pagi di rumah Indra, bersama satu teman menginap yang lain, gue  minta dan nggak sabaran untuk pamit pulang. Rasanya, gue terlalu letih untuk terus bermain. Gue tahu ada yang tidak beres dengan kondisi hati, mungkin butuh istirahat. Yasudah.


Gue pulang dengan membawa tanggung jawab mengantarkan teman menginap gue satu lagi sampai ke rumah dengan selamat. Tapi enggak itu saja, pikiran gue terganggu sepanjang perjalanan.Ya apalagi kalo bukan mikirin ....
Lalu gue pengin sekali datang ke rumah Min. Datanglah gue ke rumah Min, rumah lama nya. Beneran deh, tanpa tahu arah dan tempatnya secara pasti, gue coba - coba aja. Gue keliling berduaan. Ketemu ? Ya kagak lah. Jelas enggak tahu apa - apa. Lalu berakhirlah kami berdua di rumah teman kami yang lain, Sapay namanya. Sapay, sudah beberapa kali muncul dalam blog gue. Tapi di tulisan awal - awal.

Setelah dari rumah Sapay, langsung gue antarkan teman gue tanpa berkunjung ke tempat lain lagi. Sampai dengan selamat, sisalah gue sendirian di atas motor pada pukul setengah dua belas siang. Beneran, kali ini, gue hanya tidak ingin pulang begitu saja. Jauh - jauh dari rumah  teman yang gue antar, gue balik lagi mencari rumah lama Min. Kali ini, sendirian. Enggak tahu kenapa, gue beneran punya keyakinan bisa menemukan. Modal yang ada di kepala gue cuma serangkaian gambar - gambar kabur di kepala yang gue lihat dan ingat dari foto kecilnya Min di rumah tersebut. Potongan gambar yang ada memang enggak beraturan dan tidak menjadi satu kesatuan.

Tapi balik lagi, gue yakin ketemu !

Dengan keyakinan itu gue balik lagi. Masih enggak  tahu secara tepat di mana rumahnya, gue kembali ke tempat tadi. Kali ini, sendirian.

Dannn,, ketemu ! Ternyata, rumahnya enggak sejauh yang gue kira. Pas pertama kali dateng tadi bareng temen, gue telusurin aja jalan yang ada. Sampe ujung, sampe ke wisata pendakian gunung. Gila !

Jalannya yang rusak, bikin gue berkendara secara lambat, tapi dengan kelambatan itu, gue tersadar dan menemukan rumah yang dimaksud. Potongan gambar - gambar yang ada di kepala seketika menjadi sebuah lukisan yang nyata. Muncul senyum tipis di bibir.

Tanpa tahu dan yakin harus berbuat apa, gue kembali pulang. Baru dua, tiga menit berkendara, gue ngeliat bapak - bapak membawa burung yang banyak di pundaknya. Jumlahnya lumayan banyak, sekitar 40 - 50 ekor deh kayaknya. Entah deh, namanya apa. Tapi kalo enggak salah, burung emprit atau burung gereja? atau burung pipit ? namanya. Nih yang kaya gini fotonya  :

fotonya dari gugel ya kawan kawan. sebagai ilustrasi saja !
Gue berhentikan motor, lalu bertanya.

"Berapa Pak ?"

"2 Ribu satu ekor."

"Itu ada berapa ?"

"40 - 60an ekor deh kayaknya."

Terjadi sedikit negosiasi.

"Saya bayar 100 ribu untuk semuanya boleh pak ?"

"Boleh - boleh."

Akhirnya, gue beli semuanya. Bukan, bukan gue mau jualan atau jadi reseller. Semua burung yang ada, gue dan bapak itu lepasin terbang bebas.  Daya jelajahnya seluas semesta tapi kasian kalau hanya berada di sebuah jeruji kawat.
Ada yang keluar kandang langsung terbang ngibrit, ada yang enggak mau terbang. Ada beberapa burung yang nempel di badan gue, lalu pergi melanjutkan kebebasannya. Gue senang.

Alhasil, satu lembar seratus ribuan terakhir harus hilang. Tapi enggak apa, gue senang. Lalu gue melanjutkan perjalanan pulang. Setelah jauh - jauh mencari rumah lama Min, dan Membebaskan 50 ekor burung emprit, baru saat itu juga, hati gue tenang. Pulang, dan berakhirlah di sini.

Kedatangan Min yang gue tunggu di bar notifikasi hape enggak kunjung datang. Entahlah, gue memang pribadi yang menyebalkan. Yah,, gitu deh.

Kamu,, jangan pergi.



Read More

Sunday, September 9, 2018

hal yang perlu kamu ketahui



ini tulisan singkat saja, penulis baru saja kelar dari sebuah pertandingan basket. tapi kali ni, masih nonton, besok baru main.

Pulang dari sana, nggak langsung balik. Tapi nunggu ke Indomaret dulu,,, supaya bisa fokus balesin Min, yang udah gue selingkuhin selama pertandingan berlangsung. 
Tapi itu semua nggak penting, karena semua juga nggak berjalan dengan baik.

Lalu pulang, sambil berbicara sendiri di atas motor.

Lama - lama bisa gila saya dibuatnya.

Sampai rumah, kondisi rumah ramai, hingga sepuluh menit berjalan, penghuni rumah pergi. Sisah sendiri lagi, seperti biasa.

Maka berakhirlah saya di sini.

Satu hari sebelum saya bertanding besok, mungkin gue mau mengutarakan apa yang menjadi kegelisahan gue.


Ngomongin soal jatuh cinta, hal paling buruk dari gue tentang cinta adalah gue nggak pernah bisa merelakan masa lalu gebetan gue. Bisa disebut - sebut, sebagai cemburuan. Ketika gebetan ngebahas soal cowoknya yang lama, atau seseorang yang pernah dia suka. Entah mengapa, gue bisa bete seharian, bahkan bisa seminggu, sampai gue benar - benar habis melahap rasa cemburu itu pelan - pelan.

Perasaan nggak percaya dan iri, adalah komponen utama penyusun cemburu. Nggak percaya, bahwa wanita secantik A bisa suka sama laki - laki kayak B. Iri bahwa, kok B bisa, dan gue nggak ? 

Gue ini kenapa sih ? selalu aja terbentur dengan ruang cemburu. Ketika lagi telponan, nggak jarang, tangan seketika menjadi lemas.  

Pernah tuh sekali kejadian, gebetan lagi cerita mantan terakhirnya, tangan kanan tiba - tiba panas dan hape jatoh. Kepanasan terbakar api cemburu. 

Yang parah adalah, gue sadar bahwa, jatuh cinta adalah hal yang biasa dan wajar. toh, gue juga jatuh cinta sebelumnya. Tapi kenapa, merelakan begitu sulit ? Satu kata yang tepat menggambarkan gue, adalah egois kronis.

Nggak tahu kenapa. Itu momok bertahun - tahun. Padahal, di kamar, di depan kaca, di hape. Selalu gue cantumkan salah satu lirik dari coldplay.

i promise that i will learn from my mistakes.

Tapi untuk kesalahan yang satu ini, butuh waktu. Jujur, gue tersiksa dengan ini.

Gue nggak akan memberikan pembelaan seperti, cemburu kan tanda perhatian, tanda sayang. Gue rasa, cemburu itu perlu sebuah keseimbangan. Cemburu yang tak terkontrol berujung pada keposesifan. Yang parah, cemburu yang tak terungkap. Menohok hati sendiri.

Nggak ada yang baik dari sebuah rasa cemburu, lek ! 

Rasa takut muncul ketika cemburu datang, dan mulai bekerja secara cerdik menciptakan berbagai prasangka - prasangka buruk.

Bahkan ketika udah saling jatuh cinta, gue masih belum bisa percaya seratus persen pada pasangan. Yah kita semua tahu, sebuah cinta tumbuh dari kebersamaan yang berulang. 

Tapi enggak tahu juga. Jatuh cinta memang banyak rasanya.

Salah satu yang enak adalah,,,

saling jatuh cinta itu meredakan, menenangkan, malam yang kasar dengan cara yang unik ; memberikan kepastian bahwa tidak perlu ada kekhawatiran esok kita tidak akan bahagia.

tapi gue nggak akan meninggalkan tulisan ini dengan kepedihan seperti biasanya, maka dari itu gue sisipkan puisi dua bulan lalu,,,

Judulnya,

Pisang Goreng,

ini piala dunia, kamu berada di pihak mana ? 
inggris ? argentina ? spanyol ? atau perancis yang dijagokan ?
atau jangan - jangan, indonesia ? yang bahkan nggak ikut.
kalau soal kacang, kamu suka pilus atau garuda ? 
aku tidak perduli kamu di tim mana.
apalagi soal kacang.
yang aku perduli, aku berani terjaga hingga malam untuk kamu.
tapi, mama sempat marah soal ini. 
namun mama adalah sosok yang paling pengertian, dia paham bahwa aku cinta dengan kamu.
ini piala dunia, kamu tahu, mereka latihan keras ? 
ini aku, kamu tahu, aku berusaha keras ?
biar lebih mudah, begini saja.
malam ini, aku hanya ingin bersama kamu.
entah belgia atau pantai gading yang tengah bermain, aku hanya ingin kamu.
kalau kamu diibaratkan kacang, kamu mau jadi pilus atau garuda ? yang manapun aku tetap suka.
sekali lagi, ini bukan soal tim mana atau kacang mana yang lebih unggul. ini tentang kamu, dan langkah awal aku mendapatkan kamu.
kedepannya ? aku tidak tahu.
sudahlah, aku cinta kamu.
dan aku akan tetap hidup sampai dua ribu tahun lagi untuk itu.

Juni, Ketika Piala Dunia
dikarang di Neptunus, tahun 2054.


Saat itu, kepalaku hanya ada kamu, Min. Aku ambil kertas, lahirlah puisi itu. Dibuat dengan waktu yang singkat dan penuh kecerobohan, tapi tidak melupakan rasa di dalamnya. Semoga kamu terhibur. 

Kalian nggak suka ? aku tidak perduli. Itu hanya untuk Min. 

Min nggak suka ? aku tidak perduli, aku pun merasakan hal yang sama.

Mana ada judul puisi pisang goreng,,,

Yah itu, hasil dari kecerobohan tanpa ada perbaikan. Aku kira malam itu, aku akan menulis tentang pisang goreng. tapi ternyata, pena dan hati, maunya menulis tentang kamu.

Segitu saja tentang asal usul puisi pisang goreng, juga tulisan ini.

Cao !


Read More

Thursday, September 6, 2018

Bawa Aku Pulang, Sejenak



Kalian percaya nggak sih, kalau seandainya beneran gue katakan bahwa gue adalah seorang Ketua OSIS ?

Nggak ? Sama. Gue senang, hadirnya blog ini, jikalau ada setiap dari kalian yang senang untuk membaca, dan rela membaca di bagian awal - awal blog ini, sungguh tergambar seberapa bodohnya sosok penulis ini.

Tapi sekarang, ce'ilah. Jadi ketua OSIS.

Mungkin ini adalah akhir dari sekolah gue...

Setelah terpilih dan menjalaninya untuk sekitar satu sampai dua minggu,,, banyak pertanyaan menodong gue ;

" Susah nggak sih jadi ketua osis ?"
" Capek gak ? "
dan...
" Nyesel nggak ? "

Kalau ditanya susah, lebih susah pelajaran matematika. Enggak ada yang sulit, dari mengorbankan waktu bermain demi sesuatu yang penting. Penting ? penting nggak penting sih. Tapi enggak susah kok.

Gue yang notabene seseorang yang tidak pernah ikut OSIS di SMP maupun SMA, tiba - tiba jadi ketua. Nah itu. Itu yang susah. Kurangnya pengalaman. Secara keseluruhan nggak kok. Tugas - tugasnya mengikat, tapi nggak sesusah itu. Paling hanya awal saja, setidaknya, itu yang gue harapkan.

" Susah lah pasti, kan ribet."

Ya susah dan ribet kalo kalian punya kepentingan lain, kayak pacar, gitu. hihihihi. Ya soal ini, gue kan ...
Ih bingung deh. Kenapa ya, nggak ada yang mau sama gue, satupun ? padahal dulu pas SMP, istilahnya, gue adalah pemenang penghargaan Termirip Bradd Pitt. Intinya, penghargaan yang diberikan kepada laki - laki yang memenuhi dua kriteria : Tampan dan Disukai oleh banyak wanita.

Yah meskipun, semua orang merasa terjadi kekeliruan dalam penghargaan tersebut. Nyatanya, gue nggak memenuhi satu kriteria pun. Sial.

Oiyah, kalo ditanya capek atau kagak, hmmm...
Capek. Yang bikin capek itu, ketika pikiran - pikiran mulai terganggu. Contoh,,, lagi mau pertemuan osis, tiba - tiba ngeliat orang pulang, lalu tersadar, ' harusnya gue udah pulang. ' Nah itu yang bikin capek.

Letih juga gue rasakan, ketika saat - saat seperti ni, tengah sibuk juga ikut DBL. Lomba basket SMA terbesar di Indonesia brooohhhh... Dan,,, gue ikut. GILA !

Yang lalu, gue juga ikut lomba debat nasional terbesar di Indonesia, National School Debating Competition. Lalu, gue ikut lomba ALSA UI. Sebagai salah satu lomba bahasa inggris terbesar secara nasional juga. Bahkan, ada peserta - peserta bule lainnya.


Juga, gue punya kesempatan besar untuk ke Amerika selama satu tahun, tahun depan.

GILA ! Parah. GILAAAAAAAAAA

Nah itu aja sih. Ketika ada kepentingan lain, mungkin melelahkan. Tentu melelahkan.

Pertanyaan terakhir mungkin, adalah pertanyaan terberat.

Jawabannya tentu, nyesel nggak nyesel. Ngaak nyesel, karena gue tahu ini adalah kesempatan besar bagi prospek masa depan gue. Sertifikatnya lumayan. hihihi
Yang bikin nyesel adalah,,, gue harusnya bisa menghabiskan waktu gue lebih banyak demi sesuatu yang,,, hmm,, normal - normal saja seharusnya. Kayak : pacaran.

Ya gue enggak punya pacar. Tapi,,, maksud gue,, dekat dengan wanita. Kayak saat ini, ketika gue berusaha atas seorang wanita, gue harus menjaga segalanya seimbang. Nggak jarang, tubuh ini gue paksa untuk terus bekerja. Yap. Tanpa dia tahu dan tanpa dia peduli. ah.

Yah tulisan ini memang hanya ingin menceritakan itu saja. Selebihnya, adalah perasaan hati penulis yang masih saja murung dengan segala penolakan.

Kalau sudah begini, selalu deh, balik ke Sheila On 7 - Mudah Saja.


Mengapa gue sebegitu mampunya menaklukan dunia, tapi tidak dengan wanita ? atau sebaliknya ? entahlah.

Kalian percaya, Min mau sama gue ?

Nggak ? Terserah, saya tidak perduli !

Saya jatuh cinta, dan ingin memilikinya. Sesederhana itu. Sayangnya, banyak yang tidak paham dengan hal kecil seperti itu. Terutama, Min.

Mudah saja, bagimu. ~ Mudah Saja


Read More

Saturday, August 11, 2018

Tentang Kebahagiaan Sederhana-ku



Kalau kalian sedikit lebih teliti, postan terakhir gue itu berada pada tanggal 20 dua bulan lalu. Mungkin, jawaban dari itu semua adalah, belakangan ini gue lagi nggak menemukan sense untuk gue menulis. Jawaban klasik, tapi itulah.

Nggak terhitung ada seberapa banyak hal yang mau gue ungkapin di sini. Tentang segala hal yang telah \ atau tengah dan akan berubah.

Seperti, gue keterima dua dari tiga tahap pertukaran pelajar ke Amerika, dan satu tahap lagi, untuk bisa ke sana. Bayangin aja kalo gue lolos ! Gue pasti,,, sedih banget. Yah apalagi, gue harus siap kehilangan berbagai temen ketika gue kembali ke sini lagi  Pasti,,, gue bakal kesepian. Tapi... meninggalkan segala bentuk kerikil jalan lama untuk menyambut sebuah jalan baru melalui satu tikungan tajam di Amerika di depan mata. adalah harga yang mungkin, pantas. Dan tentu, akan gue bayar.

Salah satu hal lainnya adalah,,,,,

Gue mencalonkan diri gue sendiri sebagai Ketua Osis di sekolah gue. Kenapa ? yah ini semua, berhubungan dengan nyokap gue yang nggak berani bermimpi tentang anaknya. Nyokap ngerasa bahwa nggak mampu untuk bisa mengejar kehidupan di dunia luar. Gue ? 

Philippians 4:13 : I can do all this through him who gives me strength.


Ya, itu.

Terkadang memang, ukuran dari seseorang beriman atau tidak, sangat nyaris tidak bisa dilihat dari seberapa sering dia pergi ke tempat ibadah. Tapi dari seberapa sering dia 'beribadah', bersyukur, memaafkan dirinya sendiri, dan, seberapa percaya dengan Tuhannya.

Bahkan ada temen gue yang rajin banget ke gereja. Semua acara ikut, tapi gue rasa hatinya kosong. Percaya takhayul secara berlebih. Dan, bertingkah seperti orang tidak punya Tuhan. Konsepnya gini, seberapa pintar seseorang tidak bisa dilihat dari hasil ulangan nya di sekolah.

Ada tuh, temen gue yang rajin banget belajar, dan memang, nilainya tinggi dalam setiap ulangan. Tapi gue rasa, dia nggak lebih pinter dari gue sama sekali. Di satu sisi, ada orang yang tanpa belajar bisa mengerjakan semuanya dengan baik dan dapat nilai tinggi. Di kubik yang lain, ada lagi orang yang nggak belajar dan nggak berusaha atas nama nilai, tapi justru, dialah yang paling pintar.

Gue rasa, ayat itulah yang membuat gue bertahan. Gue tahu bahwa gue bisa melampau semuanya dengan bantuan Tuhan. Tapi sekali lagi, gue juga percaya, bahwa semuanya juga butuh usaha. Kalo lagi ulangan umum atau lagi ada ulangan, gue jarang belajar tapi rajin berdoa. Tentu, gue bukan minta nilai gue tinggi, karena itu hampir mustahil tanpa belajar dan gue sadar itu, hal yang gue minta hanyalah supaya hari gue tenang dan berjalan seperti biasanya. Intinya, gue hanya minta ketenangan demi kebahagiaan di hidup gue secara keseluruhan.

Dari situlah, gue berusaha sebisa gue. Mencari berbagai batu loncatan, pinjaman untuk gue kuliah nanti. Ada ? Sejauh ini belum ada. Lalu ? Gue ciptakan sendiri. 

Gue ikut pertukaran pelajar, biar gue dapet sertifikat, biar gue dapet beasiswa di luar. Biar gue bisa, gunain itu untuk kuliah. Gue ikut osis dan menjadi ketua osis supaya gue dapet sertifikat, supaya gue bisa kuliah. Gue lakuin itu semua, adalah cara gue untuk menciptakan batu loncatan gue sendiri. Karena gue sadar, gue bukan dari keluarga yang bisa dapet mobil tanpa harus minta. Bukan orang yang bisa dapet motor ketika minta motor. Bukan juga dari keluarga atas - atas yang lainnya.

Gue lakuin itu semua, untuk merubah hidup gue. Supaya, gue bisa bahagia.

Itu.


Mengenai hal lain tentang kebahagiaan. Ini, salah satu yang gue menjadi hambatan gue dalam hati ketika memutuskan jadi ketua OSIS. Adalah, gue rasa bahwa gue akan kehilangan kebebasan dan kebahagiaan dalam hidup gue. 

Gue udah ngerencanain banyak hal untuk SMA, salah satunya, gue bakalan bolos, kasus, dan lain - lain. Mungkin, semuanya akan terhalang oleh OSIS. Atau, lihat saja nanti. 

Salah satu rencana lainnya juga adalah, mengutarakan perasaan gue kepada Min.

Yang saat ini, mungkin, tengah biasa - biasa saja sama gue. Atau, masih nggak mau. Tapi nggak apa - apa, good thing takes times.

Kamu sabar saja, tenang saja. Boleh juga siap - siap. Aku pasti akan jujur dan mendapatkan kamu !
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Semoga.
Read More

Wednesday, June 20, 2018

di mana kamu

Sebenarnya gue nggak tahu harus mulai darimana. Semenjak terakhir kali gue di sini, tentu ada banyak yang terjadi. Banyak hal yang baik yang pengin gue ceritain.

Tapi sekali lagi, tujuan gue kesini pukul satu pagi bukan untuk menceritakan hal yang baik. Sudah dua hari, hidup gue kayak mau mampus.

Mungkin tulisan ini bakal menang tulisan terjelek.

Di satu sisi gue nggak tahu harus menulis apa. Di lain sisi gue sadar bahwa gue harus nulis.

Singkat cerita, Min kecewa sama gue. Gue nggak mau cerita apa - apa. Karena gue tahu, menulis tentang itu hanya akan memperburuk keadaan. Bisa saja dia lebih kecewa lagi.

Kali ini mungkin gue berusaha bukan tentang Min, tapi selalu gagal.

Kalo kalian mau tau, gue udah ngetik - ulang, ngetik - ulang,. ngetik - ulang. Tulisan ini.

Seperti biasa, ketika gue ada apa - apa, gue selalu menghabiskan hari bersama diri gue sendiri. Gue lari sendiri, gue makan sendiri, gue nonton sendiri. Apakah itu membantu ? Ya. Cuma sesaat.

Seperti biasanya juga, malam ini akan menjadi malam yang panjang.

Sadar akan kesalahan yang telah gue buat, gue sendiri pengin kasih waktu untuk dia sendiri. Tapi, gue nggak kuat lama - lama. Pengin nangis rasanya.

Gue sendiri, udah berusaha minta maaf. Berkali - kali. Tapi gue juga sadar, maaf nggak pernah cukup. Jadi, mungkin kalo dia masih marah itu normal. Pengin sekali gue bertemu, lagi, gue tau itu hanya bunuh diri. Gue sempet nekat dateng ke rumahnya. Sampai - sampai gue membatu di depan gerbang, tahu bahwa bunuh diri bukan suatu solusi, gue kembali pulang.

Soal maaf itu,, mungkin ada yang perlu Min sadari.

Ketika gue berusaha minta maaf, maaf pertama adalah maaf yang sesungguhnya dari hati. Sisahnya, adalah permohonan gue untuk Min agar tidak pergi.

Kaulah ahlinya bagiku.
Read More

Friday, June 8, 2018

Sebaiknya, jangan berandai - andai.


Pagi.

Seperti biasa,,, kalo gue kembali, pasti ada apa - apa.

Gue adalah orang yang percaya bahwa jumlah update-an di sosial media berbanding lurus dengan tingkat kegalauan seseorang.

Contoh nya, gue sendiri. Entah kenapa, tiba - tiba tangan gatel untuk ngepost berkali - kali. Ya tujuannya sih sederhana dan cuma satu ; ngode. 

Galau itu fana, ngode yang abadi.

Gue tuh sering banget, kalau sudah upload, kira - kira udah diliat oleh seseorang, entah kode nya dapet atau kagak, buru - buru diapus. Dengan begitu, hatipun sedikit lebih lega. 

Soal cerita menarik yang gue janjikan kemarin, gue menolak untuk bercerita kali ini. Masalahnya, gue belum minta izin sama Min. Tapi alasan terbesar gue untuk tidak menulis berkaitan hal itu adalah, jika tulisan itu benar ada, toh nggak akan merubah apa - apa. Atau bahkan, hanya akan memperburuk keadaan.

Dan aku tak punya hati, untuk menyakiti dirimu, dan aku tak punya hati untuk mencintai dirimu. 

Itu barusan sepatah lirik lagu Chrisye, gue lagi demen aja dengernya. Coba gih, dengerin Andai Aku Bisa - nya Chrisye, tapi cover Michael Pelupessy. Iya, yang I Idol kemarinn..

Ngomongin soal lagu,,, gue selalu minder. Gak lain, karena gue adalah orang yang sangat menikmati musik, dan tentu saja, pengin gitu bisa nyanyi - nyanyi. Tapi apa daya... Terakhir kali gue nyoba nyanyi bareng kawan,

" Ih kok gak masuk sih. "

" Ih bukan begitu. "

Tapi gak jarang juga ada yang muji suara gue ,, " Suara elo bagus Lex. " Lalu... " Tapi, lebih bagus diem." 

Tuhan...

Ngomong - ngomong, kalian pernah gak sih, ngechat seseorang tapi nggak dibales ? Maksud gue, posisikanlah kita semua tau bahwa orang yang kita chat, itu tengah megang hape. Namun, balasan gak kunjung dateng. Pernah ? 

Gue sering.

Tuhan...

Terus - terus, kalian pernah gak sih, merasa chat itu terjalin hanya sebelah tangan. Kayak, kalian selalu memulai sesuatu, lalu sosok dia hanya menerima dan menerima. Selamanya. Sampe kalian nggak tahu harus ngomong apa, gue rasa semua kita pernah. Atau, ada yang kagak ?

Di sini,,, gue cuma rindu masa - masa SD - SMP. Di mana semuanya begitu asik. Gue rindu masa - masa berusaha atas wanita bukanlah hal yang sejahat itu. Ya okeh, SMP gue emang jahat, gue harus nangis berkali - kali untuk cewek. Tapi walaupun begitu, rasanya, asik aja gitu. Mungkin, gue juga rindu tentang berbagai hal - hal di sarang lama. Memang benar, gue percaya, beberapa burung memang tidak ditakdirkan untuk dikurung. Gue rasa, gue kangen temen - temen dan hal - hal lama dalam hidup gue.

Oya, sejauh ini, gue enjoy banget nulis. Gue sambil dengerin lagu All I Want - Kodaline, coba geh dengerin, mungkin perasaan kita bisa sama. Gue yang menulis, dan kalian yang membaca. Siapa tau, Kodaline dapat jadi jalan tengah bagi kita. Penghubung. 

Kalian sadar gak sih, kalo lama - lama, kita kehilangan berbagai sosok secara perlahan - lahan. Secara sadar aja, di tempat gue tinggal,, tetangga - tetangga sekitar udah mulai nggak ada satu per satu. Inget banget, Ko Sin - Sin,, tempat gue beli lilin kalo lagi mati lampu. Apuk, tempat gue minjem kaset - kaset kartun kala kecil, atau bahkan, Papa gue sendiri, tempat gue menemukan kehangatan dan aroma khas ( bau rokok ) juga menghilang. Atau ada ini, di sebelah rumah gue, belom lama ini udah lumpuh dan diam kaku di kursi roda. Berarti kan bentar lagi,,,,,,,,,,


hihihi


Gak cuma itu, hal lainnya. Gue kehilangan Joni. Dia adalah sosok yang benar - benar gue cinta di kalanya. Sekarang, dia bahkan nggak ada di jangkauan tangan gue lagi. Dulu ? dia nggak pernah lepas dari pelukan gue.

Kemarin, gue ngeliat Joni tampil di salah satu cafe. Nyanyi, main gitar. Bagus banget. Gue masih inget, dulu ketika dia masih belom bisa main gitar, janji bahwa dia bakal bisa main gitar. Dan sekarang, dia udah tampil di cafe - cafe ?! Gila !

Hidup semua orang berkembang. Berjalan terus. Yang menyedihkan adalah, kita di sini - sini saja. Gue denger dia deket sama berbagai orang. Rasanya sakit, bukan karena gue masih nggak ikhlas, tapi karena, ya itu tadi. Sosok gue yang masih belom kemana - mana.

Gue hanya tengah merindukan beberapa hal lama yang kian menua dalam hidup gue. 

Gue ngerasa bahwa gue gagal untuk menemukan kenyamanan baru bersama Min atau sosok - sosok lainnya. Sesederhana, bahwa mereka nggak mau. Dan lagi, gue nggak menyalahkan siapa - siapa. Kayak salah satu kalimat di tulisan gue sebelumnya, Semua wanita pantas untuk bahagia.

Kalo udah begini, gue selalu cerita dan pulang ke dua hal : Nyokap - Blog ini.

Gue bilang ke nyokap bahwa gue ditolak cewe terus. Nyokap cuma ketawa. ' Nanti kalo udah dapet, kenalin ya. " " Tenang, kalo mama nggak setuju, Alex langsung putusin. " " Kalo ada aja nggak, apa yang mau diputusin ? " " Nggak gini..." 

Nyokap memberi gue kebebasan untuk berpacaran dengan siapapun. Gue juga pernah nanya kalo gue pacaran sama laki gimana, nyokap cuma bilang, Terserah. Kalo gue hamilin anak orang gue juga pernah nanya, ' Tanggung Jawab', itulah yang keluar dari nyokap.

Nyokap memang serealistis itu.

Lalu gue kembali ke blog ini lagi,,,

makasih ya log, kamu udah mau dengerin cerita akuuuuuu


Sebenernya, gue kembali ke sini, karena hati gue lagi gaduh aja. Nggak nyaman. Sama siapa lagi ???

Hari ini, tepatnya, di bawah atap Ayam Geprek, gue dan kawan - kawan laki yang lain ngumpul. Di tengah pembicaraan, temen - temen pada nyeletuk soal Min. Ada kabarnya, bahwa si A lagi berusaha,, bahwa si B katanya juga lagi berusaha, Si C udah jadian ( yang ini langsung gue sebor air teh ). Bukan apa - apa, itu di antara gue nggak percaya atau nggak ikhlas.

Ada yang bilang bahwa Min juga suka sama A karena baper atas sesuatu, ada yang bilang juga bahwa Min deket sama B, si C? dia udah gue amankan.

Dari salah satu nama yang diperbincangkan, ada yang bilang bahwa satu cowok juga udah masang foto Min di salah satu akun, ada yang bilang juga bahwa A punya pacar, tapi berusaha atas Min, lalu Min juga punya perasaan yang sama.

Mereka semua ketawa - ketawa, seru dan bercampur dalam pembahasan. Gue nggak bisa ketawa. Tepatnya, nggak bisa merasakan apa - apa.

Gue putuskan untuk pulang duluan dan nggak ikut ke destinasi mereka selanjutnya. Sepanjang perjalanan, rasanya gue pengin nangis. Semua pembincangan yang terjadi memenuhi ruang kepala gue. Yang menyedihkan adalah, ketika gue kembali melihat ke diri gue sendiri.

Dipandang sebelah mata, dianggap hanya mengganggu, enggak pernah dipeduliin, dicuekin, atau mungkin, gue juga hanya dianggap sebagai lelucon.

Percaya ama gue, kalian nggak tahu rasanya itu semua.

Rasanya pengen nyerah, tapi sekali lagi, gue nggak akan.

Kecuali kalo,,,, Seperti yang sudah berkali - kali gue katakan, gue akan berhenti ketika Min yang meminta. 

Bukan gue nggak mau berusaha, tapi gue hanya menghargai pilihan Min. Sekali lagi, semua wanita pantas bahagia.

Kalo udah begini, biasanya gue suka melakukan hal - hal gila sendirian. Melakukan hal - hal yang hanya dilakukan oleh professional. Biasanya, gue bakalan pergi nonton sendiri, atau pergi ke cafe sendiri. Memesan segelas milkshake, mungkin karena kopi terlalu pahit untuk diminum di saat - saat seperti ini. Pokoknya, gue banyak menghabiskan waktu gue sendiri. 

Gue enggak tahu, apa yang menyebabkan Min nggak mau menerima gue. Mungkin kalo dibahas, sisa hidup gue-pun nggak akan cukup. Atas dasar itu pula, yang bisa gue lakukan hanya berdoa dan berharap,,, bahwa Min nggak suka sama gue, sederhana bukan karena gue adalah gue.

Habisnya, gue bisa apa lagi ? 

Satu pertanyaan lagi, kalian pernah nggak sih, jatuh cinta sebegitu besarnya, sampe - sampe hati udah kayak rumput yang mengembun di pagi hari, sedingin itu. Atau sampe kalian nggak berani ngelangkah maju karena trauma ? 

Atau pernah gak, kalian merasakan kepulan - kepulan kenangan hadir menemani ketika sendiri, yang lalu, kalian nggak pernah bisa berbuat apa - apa. Hanya menikmati walau sakit dan penuh rindu,,,

Rasanya, dari semua itu, 

Min telah berhasil membuat gue sebagai juaranya.
Read More

Wednesday, June 6, 2018

Tolong, Katakan Pada Dirinya.



Gue senang bisa kembali lagi ke sini dengan keadaan damai. Dalam artian, enggak ada benar - benar sesuatu yang menjadi beban kepala. 

Kali ini, enggak aneh - aneh kok. Gue cuma mau sekadar mengingat apa saja yang terjadi selama gue SMA ini. Jujur, enggak kerasa banget kalo tahun pertama SMA gue sudah mendekati kata selesai. Jujur, gue bimbang. Rasanya, benar - benar kayak belum siap untuk beranjak, namun terlalu bosan untuk hanya diam. 

Di SMA, mungkin ada banyak hal baru yang gue jalanin. Kayak debat, salah satunya. Asik ? banget. Merasa seru ketika bisa mencoba hal yang baru. Yang menyedihkan adalah, ketika gue perlahan - lahan sadar, gue meninggalkan gue yang lama. Karena nyatanya, gue belum benar - benar mau pergi dari sosok yang lama.

Sebagai gambaran, gue ngerasa, ketika SMP, mendapatkan wanita bukanlah satu hal yang benar - benar sulit. Ibaratnya, semua cewek mau sama gue. Beda sama masa SMA, yang gue rasa, modal diri saja tidak cukup. Yah, bukan gue bilang semua cewek enggan sama laki - laki kere, tapi gue rasa, semua cewek memang pantas bahagia. Kalau ada cowok bermobil, kenapa harus motor ? 

Semua cewek pantas bahagia. 

Beberapa potong kalimat barusan adalah ungkapan hati terdalam dari seorang laki - laki gagal.

Gue enggak nyangka, bahwa tahun pertama gue di SMA, gue enggak pacaran sama siapa - siapa. Atau setidaknya, saling punya perasaan sayang yang sama dengan seseorang. Rata - rata, ada yang sayang sama gue, tapi gue kagak. Ada yang gue sayang, tapi dia kagak. Itu terjadi terus menerus. Sialan.

Melihat data pahit tersebut, gue putuskan untuk merenung. Bersemedi. Gue rasa, gue menemukan satu jawaban yang pasti.

Kalau pertanyaanya, kenapa gue bisa jomblo selama SMA, kenapa gue nggak dapet pacar, kenapa gue selalu gagal dalam mendekati wanita, kenapa gue selalu jadi cemen, kenapa titit gue enggak membesar, eh kok....

Jawabannya sederhana, dan memang ada di sekitar diri gue sendiri. Mungkin, ini juga akan menjawab keresahan yang sama, kalo - kalo aja kalian merasakan.

Yang harusnya dilakukan adalah, datang untuk membuat bahagia, bukan datang membujuk agar mau. 

Selama ini, gue selalu terang - terangan untuk bikin seseorang mau. Padahal, kuncinya terdapat pada satu untai kata ; bahagia. Gue rasa, kalo setiap cowok selalu berhasil membahagiakan semua gebetannya, dunia akan menjadi tempat yang lebih menyenangkan. 

Yang sulit adalah, selalu ada lelaki malang yang bahkan enggak pernah punya kesempatan untuk membahagiakan. Gak adil, memang.
Seperti, cowok - cowok kurang beruntung, yang udah kena label ' semua cowok itu brengsek ' secara sepihak dari pihak wanita. Yah hidup memang kadang enggak enak. Padahal bisa saja, mereka adalah sosok - sosok yang butuh waktu untuk buktiin bahwa mereka bukan seperti itu...

Bisa aja kan ?

Ringkasan semester satu masa SMA gue adalah, gue merusak nama gue sendiri. Yang gue sadari waktu itu, gue jomblo, gue enggak ama siapa - siapa, artinya, gue bebas untuk bisa main sama siapa saja, foto sama siapa aja, posting sama siapa aja. Tapi ternyata enggak. Gue yang begitu, justru merusak nama baik gue. Gue sadar akan hal itu.

Dari situlah, ribuan jenis dan macam penolakan hadir dalam hidup gue. Dan, gue selalu saja bisa bertahan dan merasa gapapa. Eh, enggak juga sih. Sama seperti manusia lainnya, gue juga merasakan kesedihan.

Tapi,Salah satu alasan gue merasa gapapa adalah, Gimana ya, bahkan gue percaya, David Beckham aja pernah ditolak.  Hal serupa juga dialami oleh Bradd Pitt, Adipati Dolken. Apalagi cuma seorang Alex ?

Tapi sudahlah, enggak apa - apa juga. Mungkin kelas sebelas nanti, gue akan berhasil. Semoga.

Oiya, baru - baru ini, Indomaret deket rumah gue semacam kerja sama dengan salah satu cafe gitu. Jadi di sana, ada berbagai jenis kopi, frappe, atau jus. Yah, ibaratnya, Starbuck Merakyat. Harganya memang merakyat, tapi cukup untuk gue gagal makan enak selama dua hari.

Kalo enggak salah, namanya, Point Cafe atau apa gitu, gue lupa.

Karena deket, cuma empat puluh detik dari rumah  (  kalo naik lamborghini. ), berhubung gue naik motor keluaran dua ribu tiga, jadi sepuluh menit. Dan itu buka sampai malem. Kadang - kadang, kalo gue lagi bete di rumah, lagi mumet, gue suka beli satu. Entah latte atau frappe, tergantung mana yang diskon hihi.

Rasanya, setiap kali gue sedot, manisnya berhasil mengusir segala beban di kepala. Beneran...

Kayak, gue pernah, jam sepuluh, rasanya mau nangis entah kenapa. Terus yasudah deh, gue beli secangkir Cookies & Cream, enggak lama, gue merasa enakan. Enggak lama lagi, gue kembali merasa enggak enak. Iya, duit jajan dua hari habis dalam sekejap.

Yang keren lagi, di cafe itu juga, nama kita bisa ditulis gitu. Yah mirip - mirip sama itu lah...

Ngomongin soal pelarian masalah terus, gue jadi pengen ngomongin tentang masalah yang lagi gue alamin belakangan ini.  Masalah kesehatan tepatnya.

Sejak kelas sepuluh, gue jadi sering mimisan. Enggak ada angin atau apa, gue mimisan. Dalam 24 jam terakhir, gue udah dua kali mimisan. Padahal, enggak ada apa - apa. Gue jadi khawatir. Takutnya, hal itu terjadi di saat - saat yang kurang tepat. Kayak waktu itu, gue lagi wawancara OSIS. Semua calon anggota OSIS pada takut untuk masuk ke ruang wawancara. Kebetulan nama gue berinisial A, jadi wajar untuk dapet giliran pertama.

Semua wajah pendaftar terlihat serius dan tegang. Enggak lama, keluar dari pintu, seorang laki - laki ngibrit secara tidak jantan dengan hidung berdarah - darah.

Suasana Chaos.


Enggak pernah lupa pengalaman itu, gue beneran mimisan ketika lagi wawancara. Saat itu ketika gue ditanya, gue jawab, " Ini baru kali ini kok, biasanya enggak pernah. " Semakin gue sadari, semakin sering pula ternyata gue mimisan.

Gue jadi cemas. Mungkin ini efek - efek dari kelamaan kurang perhatian. Juga efek- efek dari hati yang butuh peratapan.

Ngomongin soal patah hati lagi, sejak beberapa waktu yang lalu, gue memutuskan untuk melakukan salah satu kegiatan gue di SMP : bikin soundcloud. Tapi kalo dulu, gue upload secara asal, dengan kualitas seadanya. Kalo yang ini, agak gue perhatiin lebih.

Tapi, yang dulu lebih booming kenapa ya ? haha

Gue punya file yang lama, dan gue menolak untuk mengunggahnya kembali. SMP gue sempat terguncang oleh sebuah rekaman dari gue. Pantas, gue memang hebat kala SMP. Melempem ketika masuk SMA, kayak kerupuk.

Bukan untuk apa - apa, gue cuma seneng saja melakukannya. Bukan untuk mencari sensasi atau apa - apa...

Kalian bisa temuin gue di soundcloud dengan mengklik :

https://soundcloud.com/al_eeks

Kalo - kalo, kalian penasaran...

Sejauh ini, baru ada dua sih... Yang pertama, gue rekam beberapa jam sebelum keberangkatan ke Lampung. Kala itu, di kamar kost, di Depok. Yang kedua, sengaja gue buat untuk seseorang. Isinya bener tentang keresahan hati gue. Untuk Min, gue rasa.

Belakangan ini juga, gue kembali jadi sering dengerin Budi Doremi. Musisi Indonesia favorit gue sejak masih SD. Gak lain, karena lagu barunya yang baru aja rilis 2018 ini. Coba geh kalian dengerin, nih, untuk yang males - males :

Budi Doremi - Tolong
Budi Doremi - Friendzone ( Live Sarah Sechan )

Yang Friendzone, itu gue suka banget yang lagi live di Sarah Sechan. Kalian bisa dengerin yang asli kok, gak kalah bagus. Mungkin kalian bakal nemuin hal - hal yang beda dari Budi ketika Live atau tidak, yang gue tau, itu emang gaya dia. Dan memang keren...

Oiya, gue udah mulai chat loh sama Min. Gue udah berani mengambil langkah. Sebenernya, mau gue masukin ke sini bukti chatnya. Tapi takut nangis sendiri ketika baca ulang. Abisnya,,,,...

Enggak. Enggak ada apa - apa yang salah. Semuanya berjalan dengan baik. Dia yang gue pikir bakalan jutek, ternyata, bener. Hihihi. Perasaan menunggu sebaris balasan mungkin melelahkan, tapi semuanya terbayar dengan satu dua kata yang masuk.

Kamu tau, sepanjang hari, ketika hape aku bergetar, aku selalu ngira itu adalah kamu. Dan gak jarang, aku salah.

Semuanya dimulai dari gue yang sendiri di atas motor. Komitmen, ketika sampai ke rumah bakal langsung mencoba dekat dengan Min. Dan komitmen itu benar - benar gue jalanin.

Gue enggak berharap banyak,,, karena gue juga tahu, kala itu di hari Jumat, Min berhasil membuat jumat gue selesai lebih cepat dari biasanya. Salah satu penolakan terjadi pada gue, membuat hari gue saat itu benar - benar selesai.

Hal yang gue harapin dari komitmen gue barusan, enggak banyak - banyak ; Min mau balas.

Ketika dimulai, satu dua jam belum ada balasan. Gue mulai pipis. Eh, pupus. Namun enggak lama, pesan balasan dari Min masuk, itu membuktikan bahwa Tuhan itu memang benar - benar ada. Setelah, beberapa jam berbalas dan bertukar pesan, gue juga jadi percaya, bahwa Setan juga benar - benar ada.

Tapi ada satu cerita menarik tentang gue dan Min. yah setidaknya, bagi gue. Mungkin bagi dia, bukan apa - apa. Bakal gue ceritain di tulisan selanjutnya.

Gue kehabisan topik untuk dibahas. Gue takut gue adalah sosok yang memang tidak pantas untuk Min. Ditambah lagi, kabar dari temen sekitar, banyak cowok - cowok lain yang tengah berusaha atas Min pula. Dan mereka, lebih dekat, lebih keren, lebih ganteng, lebih tajir.

Rasanya mau nangis.

Tapi sekali lagi,,,

Gimanapun juga, semua wanita pantas untuk bahagia.





Read More

Wednesday, May 23, 2018

Mimpi Adalah Jalan Gelap Tanpa Tanda Bahaya


Sesungguhnya, penganalogian di awal ini sukar menjadi sesuatu yang menyegarkan. Secara, kelihatan betul malas dan tidak bertanggung jawabnya sang penulis :

Blog ini ibarat selembar pemberian harapan palsu. Gimana tidak, para penghuninya yang tampil dalam wujud tulisan sering kali menjadi sesuatu yang tidak pasti. Ibarat kita berdua, tulisan adalah aku dan penulis adalah kamu. Yang mana, terkadang kamu suka menjamah aku sebagai tulisan, bersiap - siap dengan kamu pikirkan secara setengah matang, lalu seperti apel kamu gigit di bagian asal. Sampai di setengah perjalanan, kamu tidak lagi menemukan kenyamanan, lalu kamu biarkan hingga terlupakan. Aku yang sebagai tulisan, berakhir lagi di ruang draft, dan kamu memang tidak pernah salah, aku selalu dilupakan. 

Sekali - sekali sebegitu jahatnya penulis terhadap tulisannya sendiri. Tanpa terselesaikan, semuanya lanjut mengalir begitu saja terus menerus. Seperti sejauh ini, kira - kira sudah ada empat atau lima tulisan masuk ke dalam kolom draft. Yang pertama, tentang cerita nonton bareng Keti, juga tentang Papa yang kemarin baru genap empat tahun, tentang bagaimana dingin malam di Kota Depok, dan satu lagi, tentang apa yah ? Oh, tentang di mana aku naik gunung sendirian malam - malam dengan perasaan rindu juga kecewa terhadap Keti. Gak lupa, tentang bagaimana Min yang tega membuat hari jumat gue selesai lebih cepat daripada biasanya.

Ngomongin tentang Keti lagi, rasanya dia sudah bahagia. Tak jarang, pertanyaan bertubi - tubi dilontarkan kepada jiwa yang hafal akan rasa kekecewaan ini, " Perasaan ama Keti gimana sekarang ? " Pertanyaan yang mudah banget untuk dijawab. 

Bahagia.

Karena sesungguhnya Keti adalah sebuah belenggu berkarat yang tidak sengaja bertemu dengan kakiku di masa SMA. Saat itu, perlahan - lahan mulai aku menikmati rasanya, sembari perlahan - lahan melepaskan belenggu yang nyata, namun berkarat. Melihatnya bersama orang lain mungkin membuat kecewa, tapi balik lagi, dia memang enggak mau. Untuk berbagai alasan, gue menerima kekalahan gue. Salah satunya, mungkin laki - laki saat ini lebih mampu menculikknya tanpa harus kepanasan. Jikalau semua itu dibebankan kepada gue, yang mungkin terjadi hanya sekitaran tubuh ini yang rela menggendong entah sampai titik mana. Keti bahagia, gue juga. Juga sakit. hihih.

Tentang Min. Orang - orang selalu mencibir. Mengatakan bahwa gue bukan pribadi yang setia. Tak lupa dengan bumbu kenyataan yang bisa mereka temukan dalam setiap tulisan - tulisan gue. Tapi nyatanya enggak. Bagi gue sendiri, Min adalah idola selama - lamanya. Mungkin, tulisan - tulisan tentang wanita lain lahir karena dua hal : Tuntutan sebagai pencerita, dan karena Min tidak nyaman dengan gue.

Seperti yang sudah tertulis, Min adalah sosok idola selama - lamanya. Gue seneng harus beradu bersama diri gue sendiri ketika ada Min di dekat gue. Beradu untuk mencoba berbicara dan mengajaknya sedikit berbincang. Percayalah, perasaaan itu selalu datang. Dan percayalah bahwa tak jarang, gue kalah.

Mungkin Min tidak pernah tahu bahwa perasaan seperti ini muncul dua belas tahun sekali. Tepatnya, pada tiga desember sebelum adzan hari Kamis. Mungkin enggak juga akan terasa baginya tentang rasa kagum sebesar ini. Tapi nanti akan gue beritahu bahwa rasa ini benar ada, soal bagaimana mimik hatinya bergetar, semua kembali ada di tangan lembut dirinya. 

Gue rasa, gue menemukan kesalahan terbesar gue terhadap makhluk sempurna ini. Percaya atau tidak, gue memang telah salah. Yang gue sadari adalah, gue yang merupakan sosok bukan siapa - siapa, tiba - tiba hadir dalam sebuah kehidupan yang sempurna. Belum, belum gue sebutkan di mana salahnya. Yang salah adalah, gue seharusnya hadir untuk membuatnya bahagia, namun yang terjadi, gue hadir untuk membuatnya mau sama gue. Yah jelas, bahagia aja enggak, gimana mau 'mau' ?

Namun tetap saja, sekali selama - lamanya, gue nggak akan pernah sudah dan merasa cukup. Terkecuali, jikalau nanti saatnya telah tiba, Min menolak gue dalam hidupnya. Saat itu, itu adalah benar - benar cukup.

Karena sesungguhnya Min adalah sosok jalan remang cahaya juga berkabut tanpa tanda berhenti di dalam cerita SMA gue. 

Oiyah, tulisan ini bukan tentang Keti atau tentang Min. Apalagi tentang Ujian Kenaikan Kelas yang saat ini tengah terjadi. Bukan, bukan tentang itu semua. Tapi tentang bagaimana mimpi gue perlahan - lahan bisa tercapai. 

Belum pernah gue tulis di sini bahwa gue daftar program pertukaran pelajar satu tahun di Amerika Serikat. Dan ini tulisannya,,,,

Sekitaran bulan februari, gue mengikuti sebuah sosialisasi tentang program ini. Jujur, gue tau program ini bukan dari sana, tapi dari buku Beasiswa 5 Benua oleh Ahmad Fuadi yang gue temukan di perpustakaan. Mimpi untuk keluar negeri memang telah lahir sejak gue kenal Iron Man. Melihat mama yang enggak mungkin membiayai, gue sadar bahwa gue harus cari jalan lain. Bagi gue, SMA memang benar - benar masa terbaik, kalau dijalani dengan benar. Entah bagaimana kalian menjalaninya, SMA akan selalu tetap asik. Lakuin aja semua hal. Apapun. Jangan cuma diam duduk tanpa ikut apa - apa dan enggak jelas gitu saja. Bagi gue, apapun lebih baik ketimbang tidak sedikitpun. 

Dan, gue rasa, Tuhan benar - benar membukakan pintu bagi gue untuk menggapai mimpi ini. Sebagaimana tertulis bahwa Tuhan benar sekali pengasih bagi yang mau berjuang, gue berusaha.
Pada dasarnya, seleksi tahun ini terbagi atas tiga tahap. Di tahap pertama kemarin, dari seluruh Chapter Palembang ( di dalamnya terisi berbagai sub-chapter seperti Lampung,  Bangka, Bangladesh, eh iya enggak sih ? ) ada sekitaran 700an pendaftar. Semua itu terjadi dalam kurun waktu Maret sampai dengan April. Satu bulan hingga Mei dimanfaatkan oleh para penyeleksi untuk menentukan siapa yang layak lanjut ke tahap dua.

Gue inget banget, 10 Mei 2018 pengumuman tahap pertama. Dari segitu banyaknya orang, diambil empat puluh empat untuk Chapter Palembang. Dan kebetulan, dari Lampung cuma 5. Berbeda jauh dengan tahun - tahun sebelumnya yang kalau enggak salah informasi, minimal bisa puluhan. Kalo enggak salah ya.

Waktu itu, hape benar - benar seketika menjadi rame. Pengumuman diberikan. Gue enggak berani buka saat itu. Di grup Chapter Lampung ( berisi sekitaran 180 pendaftar ) yang keterima cuma lima, ramai - ramainya yang mengungkapkan kekecewaan. Ada juga yang mengucapkan syukur dirinya keterima. 

Dan gue, masih terhenyak. Jujur, program ini bukanlah program yang " Kalau keterima syukur, kalau enggak yaudah " bagi gue. Progam ini benar - benar menjadi " Harus keterima, kalau engga ya gak bisa yaudah - yaudah aja ". Sebesar itu pula mimipi gue menjadikan gue takut untuk melihat hasil pengumuman. 

Namun tanpa gue suruh, tanpa gue duga - duga pula. Berbagai teman - teman yang ikut daftar, mengucapkan selamat atas kelulusan gue. 

" Wih lulus, selamat yaaaa!!! "

" Ini Alex yang lulus itu ya? Semangaattttt!!! "

" Wih, harus  berhasil pokoknya !!! "

Gue beneran enggak tahu apa yang terjadi. Gue beranikan melihat hasil pengumuman, dan benar. Dari 44 orang, nama gue masuk salah satunya. Tanpa pikir panjang, gue ngibrit untuk kasih tau nyokap. Beberapa gelas air putih tidak cukup untuk meredakan kebahagiaan gue saat itu. Enggak banyak yang gue sadari selain, gue tahu gue bahagia.

Sampai ketika di mana satu grup diramaikan dengan sebuah pengumuman ; 

" Eh itu pengumumannya salah, sabar ya, tunggu follow up hasil update-an " 

Deg, deg, deg.

Saat itu, gue inget semua yang lulus berpasrah. Kecuali gue. Gue masih yakin bahwa gue beneran lulus. Enggak lama setelah itu, pengumuman terbaru beneran keluar. Gue udah siapin tisu, sambil dengerin lagu Maju Tak Gentar, gue  buka hasil pengumuman. Dan, Puji Tuhan, nama gue masih ada di sana. Dari lima nama dari Lampung, tida diantaranya digantikan oleh sosok lain. Kebetulan, gue enggak. Tuhan Maha Besar, Tuhan Maha Besar, Tuhan Maha Besar.

hihihi

Dalam kurun waktu yang sempit, para peserta yang lulus diminta untuk mengirimkan berbagai data ke alamat pusat. Gue kedebak - kedebuk karena suasana benar - benar mepet dan chaos. Tanggal dua puluh, seharusnya gue berangkat ke Palembang. Untuk masuk ke tahap dua. Jauh - jauh, gue sudah pesan tiket kereta. Nyokap bilang pengin ikut, tapi gue tolak. Gue beneran mau pergi sendiri saat itu. Selain karena gue lebih merasa nyaman sendiri, tapi karena gue ingin membuat lebih banyak cerita dalam hidup gue. Juga, seperti mimpi gue ke Malang desember yang akan datang. Iya, gue yang kangen Malang, punya rencana nekat. Untuk membawa uang secukupnya dan hidup beberapa hari sendiri di kota orang. Gue udah bilang nyokap, dan lagi, Tuhan Maha Besar. Nyokap ngebolehin gue. 

Nyokap memang sosok wanita terbaik dalam hidup gue, sederhana karena nyokap berani meletakkan rasa rindu dan cemas untuk ditaruh bersama kebahagiaan anaknya. 

Bagaimana nanti nasib gue, gue juga enggak tahu. Tapi kalau memang ada apa - apa, toh, itu adalah gue yakin bagian dari rencana Tuhan. Seperti hari ini, kepala gue ketimpa genting rumah orang yang merosot dari atas. Sialan. Mau marah, tapi sama siapa ? Memang sudah jalannya kali ya.

Oya, balik lagi,, tanpa ragu, gue benar - benar pengin berangkat ke Palembang, tanpa memikirkan bahwa gue ada UKK di sekolah.

Dengan sebuah tiket pulang pergi yang telah lunas, pengumuman lain muncul. Menyebutkan bahwa tahap kedua untuk Sub Chapter Lampung hanya akan dilaksanakan di Lampung. Gapake lama, langsung refund. Sayang duit atuh. Namun lebih dari itu, bukan duit yang gue sesali, tapi kekecewaan. Berbicara mengenai jumlah duit, keempat teman lainnya bahkan telah menghabiskan banyak sekali duit ketimbang gue, secara mereka semua wanita dan butuh pendampingan sosok lain. Ada yang pergi bersama keluarga, adik, kakak, atau teman. Artinya, mereka telah menghabiskan duit lebih ketimbang gue yang sendiri. Jadi, mengeluh soal duit bukanlah hal yang tepat, toh bisa refund.

Hanya saja, rasa kecewa yang begitu nyata benar - benar hadir. Entah kenapa, gue beneran kecewa.

Lalu tanpa lama - lama, tanggal 20 Mei hadir. Seleksi tahap dua dilakukan. Gue, adalah peserta pertama yang hadir di lokasi. Semangat, hihihi.

Tes dua meliputi berbagai pertanyaan bertubi - tubi melalui interview. Saat itu pula, pertama kalinya gue beneran ketemu sama peserta yang lain. Kemarin - kemarin hanya bercuit satu sama lain di Line. Gue rasa, gue telah melalui itu semua dengan baik.

Terbagi atas dua tahap, yang satu adalah wawancara Bahasa Indonesia, gue inget banget dipimpin sama wanita tegas berwibawa bernama Mbak Sari. Entah nama lengkapnya siapa. Yang kedua, wawancara Bahasa Inggris, gue inget sosok pewawancaranya, seorang perwakilan Kedutaan Besar Amerika Serikat yang untuk pertama kalinya datang ke Lampung, dan secara ajaib bertemu manusia kayak gue. Namanya Karen, sosok yang bingung dengan cerita gue tentang hebatnya nasi uduk.  Setelah beberapa saat gue ngoceh panjang lebar tentang Nasi Uduk, yang gue pikirkan saat itu adalah, semua orang tahu itu adalah salah satu jenis nasi. Yang gue salah adalah, Karen enggak tahu apa itu nasi. 

" Wait, what is actually nasi uduk youve been talking about ?

lalu ada hening yang panjang.

Dia juga nanya gue, terkait pengalaman pertama dia ke Lampung, wisata alam apasih yang bisa disaranin. Gue langsung jawab dengan tgeas.

" You had come to the right place, Karen. Lampung is a hidden heaven for us Indonesian. It is not Bali, yet it is Lampung. I have so many recommendations for you. .... " 

Semuanya berlanjut, gue yang sok sokan, cerita kalo gue adalah siswa SICITA. Emang agak susah menjelaskannya. Secara, gue enggak tahu apa SICITA dalam bahasa inggris. Berakhirlah gue dengan penerjemahan secara mentah - mentah Students Loves Nature dengan sebuah elaboration yang singkat dan tidak padat. Tapi memang, sosok sebesar Karen pasti punya otak yang tinggi. Dia paham maskud gue.

Lalu gue cerita pengalaman naik gunung sendirian tanpa senter malem - malem. Lalu kita sama - sama tertawa dengan cerita yang gue bawain, banyak hal terjadi, sampe akhirnya Karen nanya gue lagi.

" So what are the recommendations? " 

Dan, deg... Gue lupa. Entah kenapa, gue enggak bisa menemukan jawaban untuk itu. Seketika ngeblank, gue inget banget gue jawab Gigi Hiu. Yang sekaligus gue artiin secara mentah, Shark's teeth' juga dengan elaboration yang minim. 

" It is a place where random stones are there in random places also, most of them were sharps, thats why its called so. Eventhough u cannot swim into it, but you can feel that you are alive... "

Terus dia seneng gitu. Gue bersyukur.

Pertanyaan lainnya juga sekitaran kehidupan di sekolah, keluarga, hobi, mimpi, ambisi, atau tentang program ini sendiri. 

Gue yang cerita bahwa gue adalah movie freak, juga sempat ditanya seandainya kepilih, mau ditempatin di mana. Gue jawab, Los Angeles or New York. 

" No wonder, hahaha " Kata Karen sambil ketawa kecil.

Gue ngejelasin bahwa di sana memang ada Hollywood, dan hal lain. tapi yang soal New York, gue cerita bahwa di sana ada gereja - gereja yang megah. St. Patrick, St. John The Divine, Riverside, dan lain - lain gue ikut sebutkan. Gue katakan bahwa nyokap sangat suka dengan hal - hal gereja seperti itu. Dan kalo gue udah di sana, gue bisa cerita juga ke nyokap sebagai versi anaknya tersayang yang tengah berhasil. Semua informasi itu gue dapetin, sebenarnya sebelum gue masuk ruangan. Ya googling lah. Biar kelihatan berwawasan. Padahal ...

Tapi, alasan gue memang benar. Nyokap memang begitu, dan gue juga mau begitu. Beneran ih.

Di sesi Bahasa Indonesia juga gak kalah asiknya. Berbagai pertanyaan dilontarkan. Cerita tentang sahabat - sahabat gue. Pernah berantem atau enggak, gue jawab pernah. Lalu ditebak secara benar, ' pasti karena cewek '. Iya dong. Inget banget, tentang seorang wanita beranama Mila. hihihi.

Gue juga cerita bahwa cita - cita gue penulis, debater, guru dan banyak lainnya. Salah satunya gue mulai dengan nulis blog. Gue cerita tentang blog ini, sampe akhirnya, Mbak Sari juga minta alamat blog ini.

Entah, orang sebesar Mbak Sari bakal punya waktu atau enggak untuk hadir ke tulisan tak seberapa ini. Tapi bukan itu yang gue harapkan sekaligus cemaskan. Apakah orang sehebat Mbak Sari, akan terhibur ? Siapa yang tahu ? Sosoknya yang tegas, mungkin enggak akan suka lama - lama membaca tulisan bertele - tele seperti ini. Tapi gapapa, siapa tau berguna.

Tapi entahlah, pengumuman masih jauh. Tanpa ada tanggal pasti, dikabarkan bahwa akan menjadi sekitaran sebelum lebaran. Yakh...

Selamat bagi gue, yang tengah menempu hari - hari penuh penggantungan tanpa kepastian.

Yang bisa gue lakuin adalah cuma sekadar berdoa, siapa tahu akan menggerakan kondisi hati para panitia, hihihi.

Mimpi ini benar - benar nyata. 

Layaknya hari - hari menunggu kabar Min, semua ini mengartikan sesuatu ;

Hari tanpa kepastian adalah hari yang paling berat.


Read More

Monday, April 23, 2018

Jatuh Cinta di Depok.

Kali ini, adalah tentang sebuah tulisan ke sembilan puluh delapan. Tentang bagaimana masa tahun pertama di SMA.


Tepatnya, tentang satu hal yang mengesankan dan terlebih, tentang mereka - mereka yang terlewatkan.

Singkat cerita, ini adalah tulisan mengenai perjalanan hidup sang penulis satu minggu di Depok.

Mereka yang terikut sertakan dalam cerita ini, seperti :

Depok, bakal selalu jadi kota yang saya ingat. Terlebih, kamu membuat saya berbunga - bunga. Juragan Sinda, juga akan menjadi hal yang tak terlupakan, sejak dialah yang melindungi ketika hujan dan butuh istirahat ( Tinggal bilang kostan aja susah amat ). Saya juga berbicara dalam tulisan kepada Universitas Indonesia, yang akan menjadi salah satu tempat bersejarah bagi masa remaja saya, bagaimana kamu berhasil menjadikan diri saya sebagai pribadi yang lebih giat belajar demi kamu. Tapi terlebih, tulisan ini untuk kamu, Romilda. Percaya atau tidak, kamu adalah sosok obat ketika aku tidak menang kemarin. Teruntuk Romilda, kamu juga yang melawan kebosanan. Terimakasih atas ratusan postingan di akun Instagram-mu telah sedia melawan kantuk malam bersama saya. Percaya atau tidak, ini tentang kamu.

Alex memang begitu, sok romantis. Mending mukanya cakep, ya kan ? Ngomong - ngomong, sebelum lanjut cerita soal Romilda, gue ada satu pernyataan. Yang juga pernah gue tweet-in di Twitter lalu tenggelam di antara tweet lainnya, hingga gue tak bisa menemukan untuk dijadikan barang bukti dalam tulisan ini.

" Mereka yang ganteng dan cantik adalah makhluk paling beruntung di dunia ini. " 

Terlebih, karena mereka selalu punya kemudahan dalam berbagai hal. Gimanapun juga, mereka memang diciptakan untuk membuat kaum jelek iri ( gue ). Contoh singkat, ketika masih SMP, ada satu orang cewek yang gue dan temen gue saling perebutkan. Gue yang berusaha untuk mendapatkan justru kalah dengan dia yang hanya diam ( tapi ganteng ). Lalu, berakhirlah mereka sebagai pasangan yang bahagia di SMP. Gue ? berakhir di blog ini lagi. Untuk menulis, untuk mengingat, untuk bersenang - senang. Ada juga yang bilang bahwa mereka prefer cowok lucu ketimbang ganteng. Gue enggak percaya. Sekarang gini deh, kalian pilih Zayn Malik atau Azis Gagap ? HAH ?!

Hihihihi.

Satu hal lagi, tulisan kali ini beda. Terlebih karena gue menulis ini di kamar kost pertama gue. Juga nulisnya di laptop mahalan. Enggak tahu ini apa namanya, tapi di belakangnya ada apel yang keroak. Punya temen kost gue di kamar sebelah. Laptop yang kamera webcam mahalnya tertutup oleh solasiban hitam. Katanya, takut diintai secara diam - diam. Inilah, kebanyakan nonton tipi memang enggak bagus.

tempat nulis

Kamar Kost

Lanjut.

Sekitar beberapa hari yang lalu, lomba debate gue mulai. Yang gue rasakan ketika melihat para saingan adalah : astaghfirullah ! enggak apa - apa kalah, asal jangan malu - maluin. Gimana enggak, banyak banget Bule nya. Banyak banget manusia berkacamata sebagai tanda mereka pintar.  Gue dikerumuni oleh debaters lainnya. Sekitaran pada ngomong bahasa inggris. Yah, jujur - jujuran aja, inggris gue enggak terlalu bagus, apalagi di listening.  Beneran, banyak bule nya. Terlebih, mereka yang datang dari sekolah Gandhi. Wajah - wajahnya jelas berdarah Pakistan dan sedaerahnya. Ada yang cantik, ada yang lebih mirip unta. Dari mereka, ada juga yang manis, ada yang lebih mirip Rikishi. Bagi kalian yang enggak tahu, yasudah enggak usah googling, menyesal kalian.

Ada juga perwakilan dari sesama daerah gue, SMAN 2 Lampung. Soal mereka yang lolos dan terus menang sih bukan hal yang istimewa bagi gue, mereka emang bagus. Harus gue akui. Di sisi lain, ada yang dari Bandung, Jakarta, Tanggerang, bahkan Kupang. Untuk yang dari Kupang, gue baru tahu dan sadar, itulah definisi dari ' semangat '. Ada satu lagi, dari Malang.

Sekolah St. Albertus. Mereka mengirim dua tim. Salah satunya bertemu dengan gue di babak ketiga, salah satunya lagi ( yang gue harapkan ) jatuh cinta dengan gue sejak babak satu. Dari sana lah, Romilda berasal. Sosoknya adalah malaikat blaster darah Belanda - Indonesia. Lahir di Surabaya, 7 Februari dengan bintang kejora di ufuk timur. 

Bagi gue, St. Albertus adalah sekolah yang paling gue kagumi di perlombaan kemarin. Salah satu timnya yang bertemu dengan gue adalah saudara kandung. Tiga dari mereka benar adalah saudara kandung, dua di antaranya kembar. Mirip banget, sampai gigi gingsul nya pun sama. Heran. Heran tapi manis.

Tim yang lainnya, berisikan mereka yang berstatus sebagai senior. Berisikan dua sahabat kental tak terpisahkan. Romilda, Annas. Informasi yang gue dapat ini, tak lain dari usaha melawan kantuk semalaman.

Romilda memang tidak menang apapun. Tapi bagi gue, dia berhasil memenangkan hati gue. Dan patut dihargai. Maka dari situlah rencana nonton bioskop gue ama dia gue lambungkan tinggi - tinggi. Jangan - jangan dia mau. Tapi kayaknya, enggak.

"Rencana nonton ? Gila ya lu !" said every readers on this post.

Mengajak dirinya nonton mungkin memang adalah hal yang gila. Tapi bagi gue, penolakan dari dirinya lebih baik ketimbang gue harus merelakan dirinya menjadi Yang Terlewatkan. Gue rasa, selama ini Alex sudah menjadi sosok yang begitu bodoh. Jatuh cinta pada seseorang, tidak berani mengatakan. Lalu hilang begitu saja bersama waktu. Maka, mereka - mereka itulah yang sampai saat ini terlewatkan. Seperti sosok wanita SMP yang sekarang sudah di Medan. Salah satu penyesalan terbesar. Maka, dengan itu semua, gue putuskan untuk menjadi gila. Setidaknya, gue tidak akan gila karena penyesalan.

Tapi, kok cerita nya kayak loncat gitu ya ? Kok tiba - tiba bisa ngajak nonton ? Iya memang udah dijelasin, tapi kok bisa ya ? Emang udah kenalan ? Emang udah resmi kenalan ? Emang udah saling pollow pollowan di sosmed ? Pertanyaan seperti itu mungkin muncul dan belum terjawab. Ada satu yang sudah terjawab, Emang udah cinta ? Ya udah lah.

Jadi begini ...

Di antara mereka yang bule - bule itu, gue menemukan sosok Romilda. Dari awal, gue memang begitu bodoh dan lemah. Gue hanya berani menatap matanya sesaat dia tengahh asik bersama temannya. Ketika dia melihat gue, buru - buru pandangan itu gue hapus. Dan terjadi begitu terus menerus. Ada satu moment di mana semua peserta berkumpul di ruangan. Romilda dan kawan - kawan yang datang terlambat tak mendapatkan kursi. Gue rasa itulah saat yang tepat bagi gue. Saat itu mereka berada tepat berdiri di belakang gue. Gue putar badan, gue tatap mata mereka dalam - dalam. Mulai bangun, mengatakan dengan pasti : " Nih duduk di sini. ". Yang lalu dibahas oleh mereka : " Enggak usah. ". Lalu ada hati yang patah.

Temen - temen tim gue langsung pada ikut campur, " ditolak ya lex haha ". Yang lalu gue bahas dengan selaki - laki mungkin. " Hah ? enggak. Sengaja, gue mau ke toilet. " padahal gue udah pipis tiga kali saat itu. Lalu berakhirlah gue dengan alasan yang secara ajaib tercipta : pergi ke toilet. Posisi toilet cowok dan cewek di fakultas ilmu kesehatan / kedokteran memang bersebelahan. Di toilet fakultas kesehatan ada satu hal yang tak gue sangka : Romilda ada di depan. Entah lagi apa, rasanya tengah menunggu rekan setimnya. Namun yang jelas dia hadir bukan karena gue. Dia tengah meratap ke sisi lain fakultas kesehatan. Tinggalah gue yang membelakangi dirinya. Ingin sekali gue datang, mengajak bertukar nama lalu perasaan. Semua imajinasi itu muncul di kepala tanpa ada yang terealisasikan. Hingga gue terhenyak, lalu kembali ke ruangan bersama kepecundangan dalam diri gue.

Kali itu, gagal.

Setelah itu, berakhirlah gue dan peserta lainnya di pengumuman tim saipa yang berhak lolos ke babak selanjutnya. Selagi menunggu, ini yang hebat. Ini yang Tuhan janjikan bahwa akan ada pelangi setelah hujan. Serius. Gue yang memang merasa akan menjadi sosok paling tolol dan goblok se Indonesia kalau tidak kenalan, nekat modus. Saat itu, tim St. Albertus tengah bersama - sama duduk membentuk dua banjar tak beraturan. Yang gue tahu adalah, gue kenal dengan mereka  si kembar. Yasudah, tak lama - lama lagi. Tapi memang Alex adalah manusia paling cemerlang.

Gue tinggikan nada berbciara kepada mereka para si kembar, agar terusik lah mereka lalu menaruh sedikit perhatian kepada gue yang tak boleh gue lewatkan.

" Kalian gimana tadi ? " Kata gue dengan lantang pada si kembar.

Rencana gue berhasil. Salah satu dari tim lainnya notice gue. Lalu gue tatap, gue katakan dengan indah : 

" Kalo kalian, Namanya siapa ? " 
" Annas. " 

Kami berdua mengajukan tangan masing - masing, bersalaman.

" Alex. "
" Siapa ? " Gue rasa Annas tidak mendengar dengan baik.
" Alex. "

Gue kira, nama gue bakal diketawain. Mungkin saja itu terjadi, gimana kalo ternyata Alex adalah nama kucing peliharaan dia ? atau gimana kalau nama Alex adalah ternyata seekor anjing betina yang kena pergaulan bebas di komplek perumahan ? Yang kalo bunting, melahirkan, lalu ditinggal tanpa ada tanggung jawab dari pihak jantan. 

Tapi ternyata enggak, memang enggak kedengeran saja.

Lalu sampailah pada moment kebenaran.

" Kalo kamu namanya siapa ? " Kata gue ke sosok yang saat itu gue beneran enggak tahu namanya.

" Romilda, but it ' is kind of a hard name to say. Wait... " Kata dia dengan manis.

Diikuti oleh dirinya yang langsung bergegas mengambil telepon genggam. Tak lama, dia memberikan hape tersebut ke gue. Tertulis 'Romilda' di memo yang ia sengaja buatkan untuk gue. Lalu gue menafsirkan bahwa ia seperti meminta nama gue.

Kami menyodorkan tangan masing - masing. Bersalaman. Bersalaman. Bersalaman. Bersalaman. Bersalamaaaaaan. Satu moment penuh kehangatan mempertemukan tangan lembut dirinya dengan gue. 

" Alex. "
" Romilda. "

Kata di atas resmi terucap ketika sepasang insan tengah berjabat tangan.

Gue juga mengira, nama gue bakal diketawain. Mungkin saja itu terjadi, meski nama kucing kesayangannya adalah Coco, itu semua tetap bisa terjadi. Mungkin saja, dia tertawa akibat kegirangan telah menemukan dan berjabat tangan bersama masa depannya. Bisa saja, kan ?

hihihi.

Lalu tak lama tim gue ikut datang. Saling berkenalan. Lalu kami semua berbincang satu sama lain. Di antara perbincangan yang terjadi, gue hanya bersyukur dapat menikmati kesempurnaan dari dekat. Satu langkah inovatif yang perlu gue hargai dari salah satu tim gue :

" Do you guys have instagram account ? "

" Oh yeah yeah yeah." Kata mereka.

Sebelum lanjut cerita, ada satu hal yang mau gue sampaikan kepada temen gue : MAKASIH LOH YA.

Lalu semua pada bertukar instagram. Gue hanya menyodorkan kepada satu pihak, Romilda.

" Minta instagramnya juga dong. "

" Enggak usah, susah. Nih... "

Untuk kedua kalinya gue memegang Hape dia. Dia meminta dan mengalah, untuk membiarkan dia mem-follow akun gue duluan. Lalu gue temukan, entah apa yang ada di hidupnya, tapi instagramnya penuh dengan bahasa asing.

" Ini kok kayak gini haha. "

" Iya itu bahasa belanda haha. " diikuti sedikit tawa kecil yang tak pernah bisa gue lupakan.

Gue juga sempet nanya sedikit ketika saling ngobrol. Ternyata, dia memang sudah fasih berbahasa indonesia. Spesialnya, dia juga fasih berbahasa jawa, inggris, dan belanda. Bahasa jawa ? fiuh....

Lalu pengumuman tim yang lolos sudah tiba.

Gue kembalikan hapenya, lalu bersiap - siap menunggu kekecewaan. Sebelum pergi, gue katakan pada dirinya : " I will follow back later. "

" Iya, iya. " Sambil mengangguk.

Lalu gue pergi menjauh mengambil posisi terenak menerima kenyataan pahit tim gue tidak ada si daftar tersebut. Dari jauh, gue mlihat Romilda dengan lekuk kecil, tersenyum tidak sedih walaupun kecewa ketika menerima kenyataan yang sama seperti gue.

Selanjutnya satu ruangan ricuh terhadap mereka semua yang senang lolos dan mereka yang tak lolos, langsung mencari para juri menanyakan kenapa. Hingga gue, berakhir di kostan ini lagi. Malam - malam bersama cinta.

Ruang kepala mulai dipenuhi oleh sosok bidadari dari malang. Jujur, pertama dan terakhir kali gue ke malang adalah ketika Study Tour SMP. Jujur gue kangen suasana di sana. Beneran. Apalagi Batu Night Spectacular. Apalagi setelah ini, Romilda. Perasaan gue pengin pindah ke Malang makin menjadi - jadi, ah dasar.

Lalu,

Tapi memang sudah digariskan begitu adanya, Alex adalah manusia paling cemerlang sekaligus goblok. Ia kembali memberikan beberapa pesan melalui direct message kepada si Kembar. Tentang rencana nonton.

Padahal, ya kalian tahu lah, apa maskud gue.

" Ajak yang lain ya. Biar kita ramai - ramai, kan asik. "

Padahal, sebetulnya. Si kembar hanya perlu membawa satu orang. Siapa lagi ?

Tapi memang Alex juga digariskan untuk selalu menerima penolakan dalam hidupnya. Mulai saat ini, kalianlah yang akan melanjutkan ceritanya. Gue nggak kuat menulis lebih lanjut tentang penolakan ini. Biarkan diri kalian menerka sendiri apa yang terjadi.

Bagi gue, penolakan adalah selalu tentang pembelajaran. Dan pembelajaran adalah segalanya tentang memperbaiki. Tapi, setelah sebegitu banyaknya penolakan dan pembelajaran, mengapa masih ada mereka yang terlewatkan ?
Read More