Monday, January 8, 2018

Sisi positif patah hati.



Sejak dahulu, gue selalu percaya bahwa intensitas jumlah uploadan di Media Sosial berbanding lurus dengan tingkat kegalauan orang tersebut.

Semakin galau seesorang = Semakin banyak sesuatu yang diunggah.

Kira - kira, itulah yang gue sadari dari diri gue belakangan ini. Mau berenti, susah. Tak lain karena tujuan ngeupload-nya itu sendiri. Apalagi kalau bukan ngode ? 

Gue nulis ini sambil dengerin lagu Kangen Band.

Ngomong - ngomong Kangen Band itu bagus loh. Gue selalu suka sama lagu - lagunya sejak kecil. Kecil - kecil alay. Gue suka lagunya yang 'Pujaan Hati', keren aja. Terlebih, setiap kali dengerin lagu Kangen Band itu mentrigger kepala gue tentang masa dulu.

Gak jarang, dulu pergi beli kelinci sama mendiang Bokap. Bokap yang dulu baru keluar dari sel tahanan tiba - tiba sakit jadi berhalangan untuk bawa kendaraan, gue percaya dulu dengan segala kasih sayang, Bokap melawan rasa sakitnya untuk pergi beli kelinci bersama gue naik angkot.

Di angkot, lagu - lagu yang ada yah nggak jauh - jauh. Kalo gak Kangen Band, Peterpan, Wali (Belakangan ini denger - denger jadi Weli ya ? haha). Jadi, ada sejarah tersendiri tentang Kangen Band bagi kehidupan gue. Sekarang kelincinya udah nggak ada, Bokap juga. Sedih.

Lanjut, patah hati itu enggak enak ya. Selain karena sakit, titik utama yang diserang oleh patah hati adalah hati itu sendiri (ya iyalah). Yang paling parah dari patah hati adalah adanya trauma yang bersifat regresif bagi perkembangan hati itu sendiri. Jadi takut jatuh cinta. Tapi gue setuju sama Kemal Palevi, justru ketika kita patah hati, di situ kita bisa bikin karya - karya yang keren. Kayak ini. Yah, walaupun gak keren dan terbilang hanya untuk dinikmati sendiri saja.

Hari ini, tanpa adanya Dia yang tengah pergi entah kapan pulang, gue makin males untuk sekolah. Selain karena pelajaran yang begitu mudah yang bikin sekolah membosankan, gue juga tau bahwa hari - hari gue, nggak akan bisa bersapa ama dia. Well, jangankan bersapa, ngeliat aja kagak bisa.

Munculnya Blog yang bisa gue fungsikan sebagai diary sangat membantu gue yang sangat kesulitan dengan menulis tangan dalam mengabadikan momen - momen hidup gue.

Kali ini, diary gue diisi dengan seorang cewek berambut kuning dan lelakinya. Tadi, ketika istirahat jam makan siang. Cowoknya duduk di belakang gue secara tiba - tiba. Jelas, banyak bangku kosong di sekitaran, entah kenapa dia ambil di situ. Gue langsung siapin senjata setajam silet (karena memang silet), jaga - jaga kalo seketika dia menggila.

Oke, itu lebay.

Gue yang merasa kehadirannya membuat gue risih memilih untuk diam hingga dia membuka mulutnya untuk berbicara.

" Ada yang nanyain elo ya ? "

" Nanyain apa ya ? "

" Tentang gue. "

" Oh, ada. Tenang, lo gue puji - puji kok. Ikhlas gue ( PADAHAL KAGAKKKKKKKKKKKKK ). Eh, dai yang ngomong ke lo langsung ya ? "

" Iya."

" Liat dong chatnya, bagian itu aja kok. "

" Lewat telpon, waktu itu. "

Lalu ada hati yang patah.

" Oh, oke. "

Gue tutup kotak makan tanpa jadi menyentuhnya sedikitpun. Gue keluar, gue pergi ke tempat ternyaman di sekolah. Perpustakaan.

Memang saat itu, Dia udah pernah bilang ke gue untuk udahan mengejar dia. Ingin teriak rasanya ketika Dia mengatakan itu. Seandainya berhenti sayang semudah tutup mata, demi Dia, gue bakal terus tidur supaya mata tetap tertutup.

Namun galau membawa gue ke tulisan - tulisan masa lalu. Di sana, gue sendiri yang bilang bahwa enggak boleh cemen. Jadi, mungkin itu salah satu alasan gue tetap bertahan. Biar gak cemen.

Bukan mau ngerusak, atau jadi pihak ketiga. Yah, kita sama - sama tau, kalau sayang bisa apa ?

Menurut gue, orang yang bilang bahwa cinta gak perlu memiliki adalah mereka yang nggak pernah jatuh cinta sebelumnya.

Cao.

1 comment: