Thursday, March 15, 2018

Tulisan ke sembilan puluh lima



Karena jangan - jangan, masa depan tidak akan pernah aku jejaki. Karena nyatanya, aku hanya hidup di hari ini yang harus lebih baik dari hari kemarin.

- Ayah 


Beberapa hari lalu, gue baru aja pulang dari salah satu kegiatan SIswa PeCInTA alam di sekolah. Rencana, gue yang sudah dua kali ikut berpergian akan merangkum sekaligus kisah SICITA gue. Tapi ntar, lagi nggak mood. Tiba - tiba bisa ngomong ke SICITA, cuma karena barusan dapet notif bahwa Min masuk grup yang sama dengan gue. Ada senengnya. Ada sedihnya. Terlebih, ada takutnya.

Next post deh bakal gue bahas tentang pergi kemarin.

Tulisan ini ditulis barengan sama telor rebus ketiga yang baru aja mendingin. Juga, Bad Day dari Daniel Powter. Hari ini nggak bad day, tapi karena lagi mood denger lagunya aja. Untuk telor, gue sering rebus telor untuk gue makan. Bikin kenyang.

Kali ini, tulisan gue bakalan tentang blog gue ini. Sejauh ini, gue udah nulis 94 tulisan, 95 sama ini. Pengunjung total udah 9000an. Nggak kerasa banget.

Gue yang juga dipenuhi oleh rasa penasaran dengan pendapat orang - orang, suka modus secara halus.

" Baca geh, baca geh. "

Terus gue liatin reaksi orang itu gimana. Terutama cewek - cewek.

Ada yang ketawa, ada yang datar aja. Ada yang senyum senyum sendiri. Ada yang baru sebentar saja sudah bilang tidak. Ada yang ngechat gue sebegitu bagusnya tulisan gue. Ada yang marah - marah karena cerita tentang dia gue masukin. Ada yang keberatan. Ada yang nggak terima. Ada yang jatuh cinta.

Gue ? bahagia parah.

Sepanjang hidup, gue jadi setuju sama perkataan Ayah di atas. Hidup ya hidup. Sesimpel itu. Sama aja kayak buku Bob Sadino yang gue babat habis di perpustakaan. Hidup ya hidup. Nggak usah mikirin masa depan. Apa yang disuka, lakuin dengan sepenuh hati. Hal - hal baik akan menyusul.

Sama kayak tulisan tulisan di blog ini. Yang gue tulis adalah apa yang mau gue tulis, semau gue, kapanpun, gimanapun. Menulis tentang apa yang mau ditulis, bukan apa yang mau orang baca. Itu kebahagiaan sederhana. Kebahagiaan kompleks adalah, gue nulis apa yang mau gue tulis, dan orang orang juga suka membacanya.

Itu.

Kata Ayah, Masa depan itu nggak akan pernah dateng. Karena faktanya kita cuma hidup di hari ini yang harus lebih baik dari hari kemarin.

Sederhana tapi menusuk.

Selanjutnya,,,

Reaksi orang yang bermacam - macam justru bikin gue seneng. Semua reaksi gue hargai. Lagi, ada yang suka ada yang enggak, ada yang bacanya sambil ngupil pake jempol ( kaki ). Terlebih, ada yang ketawa dan ada yang ketawain.

Tau beda nya kan ?

Perasaan gue ? tetep seneng.

Gue ngaku tulisan gue jelek dan sebegitu hinanya. Tulisan gue emang terlalu mengayal. Tulisan - tulisan ini emang sebegitu bohongnya pun sebegitu tidak jujurnya. Lagi, sebegitu sampahnya sampai diinjek oleh orang - orang.

Atas nama tulisan ke sembilan puluh lima, gue katakan dengan indah.

Mereka semua benar.

Apalagi yang mengayal, gausah jauh - jauh. Soal Min. Kurang ngayal apalagi sosok Alek ? Yang punya impian untuk selalu bisa ngunyah permen karet selagi muda. Yang punya impian untuk selalu bisa ngasih Min roti selai nanas di hari senin yang panas. Juga, sosok yang sebegitu nekatnya jatuh cinta kepada sosok yang sempurna, Min.

Mungkin kalian enggak tahu Min siapa. Mungkin kalian nggak bisa melihat sosok Min. Ada salah satu pembaca dari Pekan Baru, nanyain keaslian dan foto Min. Gue kasih foto ini :

Cowok penghuni DIS ( Daerah Istimewa Sukaraja ) juga dikenal sebagai Dajal oleh beberapa kaum ateis. 

Yah setidaknya, kalau memberikan foto Min asli adalah pelanggaran hak privasi, gue rasa foto cowoknya cukup deh.

Petunjuk lain apakah yang mampu saya berikan ? benturan hak privasi di mana - mana, cukup kalian semua tau, Min lebih cantik dari Kuta Bali. Petunjuk lain adalah, Penciptaan atas nama Min terjadi ketika Tuhan dan semesta tengah tersenyum.

Selebihnya, gue setuju kok. Kalo tulisan gue jelek. Maka, kalo ada yang bilang seperti itu gue gak sakit hati. Tulisan gue dibilang hina, toh gue juga tau. Gue dikatain bego, toh emang gue ngerasa bego ( kayak di post sebelum ini ). Ujung - ujungnya, anggapan negatif mereka tentang gue itu semua berbalik menjadi senjata kuat untuk membuat hidup lebih baik.

Intinya, merendahlah sampai tidak bisa direndahkan. Terus ada yang nanya,

" Kok lo bisa percaya gitu ? "

Jawabannya, karena gue ngalamin sendiri.

" Kok tulisan lo bagus ? "

" Karena selera tulisan kalian rendah. "

" Gimana caranya menjadi diri sendiri, seadanya, nggak perlu make up, nggak perlu apa - apa, nggak perlu main sama temen yang hebat supaya terlihat hebat, pokoknya, tampilin apa yang bisa kita tampilin dan apa yang emang dari diri kita, tapi tetep disukain orang ? "

" Maksudnya ? "

" Iya,gimana kita tanpa harus berbuat yang spesial tapi  bisa dicinta orang lain ? "

Waduh, nggak tau. Tanya Min.
Read More

Tuesday, March 13, 2018

Min ( Beauty ) dan Alex ( Beast ( Buruk Rupa ) )



Gue percaya bahwa ada hal yang lebih penting daripada menjadi pinter, yaitu, dianggap pinter. Kedengerannya agak bodoh, tapi itu beneran. Gue alamin sendiri. Gue yang dengan catatan, bego parah di SMP, berhasil merubah pandangan semua orang di SMA. Eh, berhasil enggak sih ? gue rasa iya.

Di SMA, gue dianggap pintar. Padahal... Sudahlah.

Orang - orang mikir kerjaan gue di rumah belajar, lah, buku aja gue tinggalin semua di kelas. Gue nggak pernah nyentuh buku untuk belajar di rumah, atau ngerjain PR di rumah. Di sinilah titik aneh terjadi.

Orang - orang nanya kenapa gue bisa pinter, gue rasa, jawaban yang paling pas adalah, gue bisa pinter karena ada orang bodoh, yaitu, yang nanya kayak gini...

Gue merasa semua orang adalah pinter dan baik adanya, cuma terkadang, orangnya aja yang goblok.

Gini - gini,

Kalo kata Pandji Pragiwaksono bego itu ada dua jenis,

Satu, yang bodoh. Bisa diatasi dengan disiplin, dan kerajinan, terutama, kesadaran diri.

Kedua, yang goblokkkkkkkkkkkkkkkk ( K = 16 ) yang udah nggak bisa diatasin gimana - gimana lagi.

Gue selalu percaya bahwa gue adalah orang bodoh, yang mau nggak mau harus belajar. Ujung - ujungnya, orang nganggep gue pinter. Hanya karena, gue merasa bodoh.

Bingung.

Lanjut ke pembahasan sebelumnya, bahwa, yang lebih penting adalah dianggap pinter. Yah, itu benar adanya. Gue yang dulu iri banget sama orang pinter, karena, perlakuan guru - guru selalu berbeda terhadap mereka. Sekarang, gue merasakan itu semua.

Gak jarang, gue nggak berada di kelas dan malah ada di perpustakaan. Tentu gue izin, dan selalu dibolehin. Sedangkan, mereka yang dianggap bodoh, ke toiletpun butuh perizinan yang dipersulit. Pasti kalian mengerti.

Selain itu, gue juga seneng dianggap pinter karena, setidaknya, pandangan orang - orang (cewek) bisa menjadi lebih baik ke gue.

Kayak sekarang, gue bisa merasakan pandangan orang - orang melihat gue kayak

" Wih, Alex, pasti mau ke perpustakaan, belajar. "

Beda sama dulu yang kayak,

" Wih Alex, pasti mau nyopet. "



Enggak semenyakitkan itu sih.... Tapi kira - kira gitu.


Selanjutnya, terlepas dari itu semua, ruang kepala belakangan ini dipenuhi oleh pertanyaan dari temen - temen sekitar. Menanyakan kapan gue bakal ambil langkah ke arah Min.

Jawabannya adalah, pernah. Iya, udah pernah. Nggak pernah lupa, 3 Oktober, yang gue percaya sebagai hari ulang tahun gue, dan harus ada sesuatu yang spesial, gue kontak Min. Itu doang ceritanya. Iya, sampai sekarang enggak tau nasib kabar itu gimana. 3 Oktober selain membuat gue tambah tua, juga bikin kecewa.

Memang, gue yang bukan siapa - siapa nggak bisa berharap apa - apa.

Tapi itu dulu, kalo sekarang, gue yakin Min, gak mau juga.

Yah gue sadar, seandainya gue di posisi dia juga, mana mau cerita cinta gue bakal bertema beauty and the beast. 

Tapi enggak apa - apa, rasanya saya lebih nyaman kalau kamu enggak sayang sama saya hari ini. Karena, kalau besok kamu sayang, saya bakalan siap. Beda kalo, hari ini kamu sayang ama saya, dan besok tiba - tiba kamu enggak. Demi langit, saya bakalan nangis. 

Temen - temen selalu nanya

" Jadi kapan sama Min ? "

" Nanti, kalo enggak ujan."

Kira - kira, itulah jawaban yang selalu gue beri.

" Kalo ujan ? "

" Istirahat. "

" Kalo mendung ? "

" Itu lagi sayang - sayangnya. "

" Kok gitu ? "

" Siap - siap mau istirahat. "


Pun, gue pribadi, Alexander, telah menjadwalkan semuanya. Dengan harapan, Min akan sabar menanti.

Juni tahun ini aku akan menjalani fase sayang - sayangnya sama kamu. Mei nanti, adalah persiapan untuk kita berdua menyambut Juni. Entah kamu bakalan nemenin aku sayang di Juni, atau enggak. Yang jelas, November nanti kita jadian. Satu hal yang nggak boleh kita berdua lupain, kita bakalan putus Desember tahun tiga ribu. 

Jadwal bisa saja dipercepat, tergantung Global Warming. 
Read More

Thursday, March 8, 2018

Ayah Pinokio Adalah Pencuri !



Pagi ini, gue terima hasil cetakan foto Min. Wanita ajaib dari lorong IPA. Tentang Min, sebetulnya gue udah pernah nulis tentang dia di awal SMA. Dalam tulisan bertajuk Senior High Schooler & Viva La Vida , wanita di sana adalah Min. Sosok patah hati pertama gue di SMA. Tulisan ini tentang Min. Nama Min gue dapatkan dari ruang kepala gue sendiri. Nama aslinya, Minarto. Nah loh.

Jangan Minarto ah. Min saja.

Mengetahui karier gue dengan Keti yang gue putuskan untuk selesai, gue sadar harus beranjak. Layaknya setiap hal di bumi ini, hati juga perlu peratapan. Makasih gue terbangkan untuk blog ini. Tempat nangis secara digital untuk gue. Keti sekarang sudah menjalin hubungan dengan seseorang yang lebih ( lebih hoki ). Dengan ini, gue putuskan untuk berhenti menyuapi ego Keti(ak) dan cowoknya ( nama samaran ) Ipan(tat).

Berbciara soal Min, sosok misterius yang melegenda di lorong IPA, terlebih di hati gue. Soal Min, sudah sejak saat SMP gue temukan kesempurnaanya. Melalui Instagram, gue temukan Dia. Ceritanya,,,,

Gue yang tau bakal masuk SMA, memfilter setiap cewek yang kira - kira bakal masuk SMA yang sama dengan gue. Sumber utama jelas berasal dari SMP yang ada di sana. Dalam keramaian baris foto kelas, gue menemukan sosok yang entah siapa namanya ( saat itu ).

Gue nggak tau siapa namanya. Satu hal yang gue tau, Dia bakal jadi milik gue di SMA nanti. Setidaknya, gue sudah berjanji pada diri gue sendiri. Lewat Twitter juga pernah,



Itu agak gue sensor sedikit. Guasah penasran, udah gue kasih tau kan ( Minarto ). Hehe.

Sejak SMP, doa - doa yang gue panjatkan tiap malam, agar dia beneran satu sekolah sama gue ternyata dikabulkan. Pada masa Orientasi, makhluk itu sangat menarik perhatian gue. Idungnya yang punya gaya orang Belgia, mancung jadi nilai plus banget ( padahal namanya Min ). Tapi, emang orang Belgia mancung ? Gue ngasal. Tapi soal idung dia yang indah, itu beneran...

Di kelas, Min punya sahabat yang seruangan bareng gue. Terkadang, gue suka kepoin hape temennya ini. Melihat percakapan bersama Min. Gue jadi senyum - senyum sendiri.

Dia yang berasal di lorong IPA, membuat gue nggak tau harus bikin dia kagum gimana. Toh, gue salto di kelas juga dia nggak lihat. Atau gue sunat sambil main playstation pun dia nggak lihat, apalagi main hujan - hujanan, gue rasa dia nggak punya waktu untuk hal nggak penting seperti itu.

Bisakah gue membuatnya tertawa dari jauh ?

Tapi tenang,gue bakal selalu nyoba bikin Min tersenyum. Entah gimana. Entah bakal dapet atau enggak, gue bakal coba. Sosok Alek yang nggak jelas, suka dibantu campur tangan Tuhan di setiap kisah cintanya mungkin dapat meluluhkan hidung Min. Kalau sekolah kebakaran, ada satu hal yang bisa gue selamatkan, gue bakal selametin hidung Min. Gue tanem, lahir seribu Min. Lalu gue akan punya keturunan pinokio. Hihihihi

Kembali ke hasil cetakan foto Min. Karena ini adalah Diary pribadi gue. Yang bebas gue tulis apa - apa, serta komitmen yang telah gue buat pribadi, segalanya harus jujur. Gue harus cerita satu hal. Mungkin ( Seharusnya ) Min ngerasa kehilangan sesuatu. Harus diakui, gue adalah pencuri. Bisa dikategorikan. Akhir 2017, ada sebuah classmeeting di sekolah. Dalam keramaian salah satu kelas IPa ( kelas Min ), gue menemukan mejanya. Ada kotak pensil, ada fotonya.

Gue ambil.

hm....

Jahat banget gue rasanya.

Sejak saat itu, foto Min selalu gue taro di dompet. Enggak ada yang tahu selain Sapay dan Felik. Gue merasa bersalah. Tapi kalau saja, mengendalikan diri di kala mabuk cinta hal yang mudah, hal itu nggak akan terjadi.

Dan... Bukan saya tidak mau mengembalikan, saya hanya tak sanggup membayangkan akan semarah apa sosok pujaan hati. Saya benar - benar tidak punya gambaran akan seperti apa marahnya Anda. Saya berkali - kali menyelinap, namun saya rasa Foto Anda lebih nyaman bersama saya. Seitdaknya, ada yang memperhatikan. Sekali lagi, saya pengecut.

Bukan untuk kepentingan goib, saya menyimpan foto malaikat di dompet, berharap membawa kebahagiaan dan keberuntungan di dalam hidup, terlebih, di dompet ....


Read More