Wednesday, May 23, 2018

Mimpi Adalah Jalan Gelap Tanpa Tanda Bahaya


Sesungguhnya, penganalogian di awal ini sukar menjadi sesuatu yang menyegarkan. Secara, kelihatan betul malas dan tidak bertanggung jawabnya sang penulis :

Blog ini ibarat selembar pemberian harapan palsu. Gimana tidak, para penghuninya yang tampil dalam wujud tulisan sering kali menjadi sesuatu yang tidak pasti. Ibarat kita berdua, tulisan adalah aku dan penulis adalah kamu. Yang mana, terkadang kamu suka menjamah aku sebagai tulisan, bersiap - siap dengan kamu pikirkan secara setengah matang, lalu seperti apel kamu gigit di bagian asal. Sampai di setengah perjalanan, kamu tidak lagi menemukan kenyamanan, lalu kamu biarkan hingga terlupakan. Aku yang sebagai tulisan, berakhir lagi di ruang draft, dan kamu memang tidak pernah salah, aku selalu dilupakan. 

Sekali - sekali sebegitu jahatnya penulis terhadap tulisannya sendiri. Tanpa terselesaikan, semuanya lanjut mengalir begitu saja terus menerus. Seperti sejauh ini, kira - kira sudah ada empat atau lima tulisan masuk ke dalam kolom draft. Yang pertama, tentang cerita nonton bareng Keti, juga tentang Papa yang kemarin baru genap empat tahun, tentang bagaimana dingin malam di Kota Depok, dan satu lagi, tentang apa yah ? Oh, tentang di mana aku naik gunung sendirian malam - malam dengan perasaan rindu juga kecewa terhadap Keti. Gak lupa, tentang bagaimana Min yang tega membuat hari jumat gue selesai lebih cepat daripada biasanya.

Ngomongin tentang Keti lagi, rasanya dia sudah bahagia. Tak jarang, pertanyaan bertubi - tubi dilontarkan kepada jiwa yang hafal akan rasa kekecewaan ini, " Perasaan ama Keti gimana sekarang ? " Pertanyaan yang mudah banget untuk dijawab. 

Bahagia.

Karena sesungguhnya Keti adalah sebuah belenggu berkarat yang tidak sengaja bertemu dengan kakiku di masa SMA. Saat itu, perlahan - lahan mulai aku menikmati rasanya, sembari perlahan - lahan melepaskan belenggu yang nyata, namun berkarat. Melihatnya bersama orang lain mungkin membuat kecewa, tapi balik lagi, dia memang enggak mau. Untuk berbagai alasan, gue menerima kekalahan gue. Salah satunya, mungkin laki - laki saat ini lebih mampu menculikknya tanpa harus kepanasan. Jikalau semua itu dibebankan kepada gue, yang mungkin terjadi hanya sekitaran tubuh ini yang rela menggendong entah sampai titik mana. Keti bahagia, gue juga. Juga sakit. hihih.

Tentang Min. Orang - orang selalu mencibir. Mengatakan bahwa gue bukan pribadi yang setia. Tak lupa dengan bumbu kenyataan yang bisa mereka temukan dalam setiap tulisan - tulisan gue. Tapi nyatanya enggak. Bagi gue sendiri, Min adalah idola selama - lamanya. Mungkin, tulisan - tulisan tentang wanita lain lahir karena dua hal : Tuntutan sebagai pencerita, dan karena Min tidak nyaman dengan gue.

Seperti yang sudah tertulis, Min adalah sosok idola selama - lamanya. Gue seneng harus beradu bersama diri gue sendiri ketika ada Min di dekat gue. Beradu untuk mencoba berbicara dan mengajaknya sedikit berbincang. Percayalah, perasaaan itu selalu datang. Dan percayalah bahwa tak jarang, gue kalah.

Mungkin Min tidak pernah tahu bahwa perasaan seperti ini muncul dua belas tahun sekali. Tepatnya, pada tiga desember sebelum adzan hari Kamis. Mungkin enggak juga akan terasa baginya tentang rasa kagum sebesar ini. Tapi nanti akan gue beritahu bahwa rasa ini benar ada, soal bagaimana mimik hatinya bergetar, semua kembali ada di tangan lembut dirinya. 

Gue rasa, gue menemukan kesalahan terbesar gue terhadap makhluk sempurna ini. Percaya atau tidak, gue memang telah salah. Yang gue sadari adalah, gue yang merupakan sosok bukan siapa - siapa, tiba - tiba hadir dalam sebuah kehidupan yang sempurna. Belum, belum gue sebutkan di mana salahnya. Yang salah adalah, gue seharusnya hadir untuk membuatnya bahagia, namun yang terjadi, gue hadir untuk membuatnya mau sama gue. Yah jelas, bahagia aja enggak, gimana mau 'mau' ?

Namun tetap saja, sekali selama - lamanya, gue nggak akan pernah sudah dan merasa cukup. Terkecuali, jikalau nanti saatnya telah tiba, Min menolak gue dalam hidupnya. Saat itu, itu adalah benar - benar cukup.

Karena sesungguhnya Min adalah sosok jalan remang cahaya juga berkabut tanpa tanda berhenti di dalam cerita SMA gue. 

Oiyah, tulisan ini bukan tentang Keti atau tentang Min. Apalagi tentang Ujian Kenaikan Kelas yang saat ini tengah terjadi. Bukan, bukan tentang itu semua. Tapi tentang bagaimana mimpi gue perlahan - lahan bisa tercapai. 

Belum pernah gue tulis di sini bahwa gue daftar program pertukaran pelajar satu tahun di Amerika Serikat. Dan ini tulisannya,,,,

Sekitaran bulan februari, gue mengikuti sebuah sosialisasi tentang program ini. Jujur, gue tau program ini bukan dari sana, tapi dari buku Beasiswa 5 Benua oleh Ahmad Fuadi yang gue temukan di perpustakaan. Mimpi untuk keluar negeri memang telah lahir sejak gue kenal Iron Man. Melihat mama yang enggak mungkin membiayai, gue sadar bahwa gue harus cari jalan lain. Bagi gue, SMA memang benar - benar masa terbaik, kalau dijalani dengan benar. Entah bagaimana kalian menjalaninya, SMA akan selalu tetap asik. Lakuin aja semua hal. Apapun. Jangan cuma diam duduk tanpa ikut apa - apa dan enggak jelas gitu saja. Bagi gue, apapun lebih baik ketimbang tidak sedikitpun. 

Dan, gue rasa, Tuhan benar - benar membukakan pintu bagi gue untuk menggapai mimpi ini. Sebagaimana tertulis bahwa Tuhan benar sekali pengasih bagi yang mau berjuang, gue berusaha.
Pada dasarnya, seleksi tahun ini terbagi atas tiga tahap. Di tahap pertama kemarin, dari seluruh Chapter Palembang ( di dalamnya terisi berbagai sub-chapter seperti Lampung,  Bangka, Bangladesh, eh iya enggak sih ? ) ada sekitaran 700an pendaftar. Semua itu terjadi dalam kurun waktu Maret sampai dengan April. Satu bulan hingga Mei dimanfaatkan oleh para penyeleksi untuk menentukan siapa yang layak lanjut ke tahap dua.

Gue inget banget, 10 Mei 2018 pengumuman tahap pertama. Dari segitu banyaknya orang, diambil empat puluh empat untuk Chapter Palembang. Dan kebetulan, dari Lampung cuma 5. Berbeda jauh dengan tahun - tahun sebelumnya yang kalau enggak salah informasi, minimal bisa puluhan. Kalo enggak salah ya.

Waktu itu, hape benar - benar seketika menjadi rame. Pengumuman diberikan. Gue enggak berani buka saat itu. Di grup Chapter Lampung ( berisi sekitaran 180 pendaftar ) yang keterima cuma lima, ramai - ramainya yang mengungkapkan kekecewaan. Ada juga yang mengucapkan syukur dirinya keterima. 

Dan gue, masih terhenyak. Jujur, program ini bukanlah program yang " Kalau keterima syukur, kalau enggak yaudah " bagi gue. Progam ini benar - benar menjadi " Harus keterima, kalau engga ya gak bisa yaudah - yaudah aja ". Sebesar itu pula mimipi gue menjadikan gue takut untuk melihat hasil pengumuman. 

Namun tanpa gue suruh, tanpa gue duga - duga pula. Berbagai teman - teman yang ikut daftar, mengucapkan selamat atas kelulusan gue. 

" Wih lulus, selamat yaaaa!!! "

" Ini Alex yang lulus itu ya? Semangaattttt!!! "

" Wih, harus  berhasil pokoknya !!! "

Gue beneran enggak tahu apa yang terjadi. Gue beranikan melihat hasil pengumuman, dan benar. Dari 44 orang, nama gue masuk salah satunya. Tanpa pikir panjang, gue ngibrit untuk kasih tau nyokap. Beberapa gelas air putih tidak cukup untuk meredakan kebahagiaan gue saat itu. Enggak banyak yang gue sadari selain, gue tahu gue bahagia.

Sampai ketika di mana satu grup diramaikan dengan sebuah pengumuman ; 

" Eh itu pengumumannya salah, sabar ya, tunggu follow up hasil update-an " 

Deg, deg, deg.

Saat itu, gue inget semua yang lulus berpasrah. Kecuali gue. Gue masih yakin bahwa gue beneran lulus. Enggak lama setelah itu, pengumuman terbaru beneran keluar. Gue udah siapin tisu, sambil dengerin lagu Maju Tak Gentar, gue  buka hasil pengumuman. Dan, Puji Tuhan, nama gue masih ada di sana. Dari lima nama dari Lampung, tida diantaranya digantikan oleh sosok lain. Kebetulan, gue enggak. Tuhan Maha Besar, Tuhan Maha Besar, Tuhan Maha Besar.

hihihi

Dalam kurun waktu yang sempit, para peserta yang lulus diminta untuk mengirimkan berbagai data ke alamat pusat. Gue kedebak - kedebuk karena suasana benar - benar mepet dan chaos. Tanggal dua puluh, seharusnya gue berangkat ke Palembang. Untuk masuk ke tahap dua. Jauh - jauh, gue sudah pesan tiket kereta. Nyokap bilang pengin ikut, tapi gue tolak. Gue beneran mau pergi sendiri saat itu. Selain karena gue lebih merasa nyaman sendiri, tapi karena gue ingin membuat lebih banyak cerita dalam hidup gue. Juga, seperti mimpi gue ke Malang desember yang akan datang. Iya, gue yang kangen Malang, punya rencana nekat. Untuk membawa uang secukupnya dan hidup beberapa hari sendiri di kota orang. Gue udah bilang nyokap, dan lagi, Tuhan Maha Besar. Nyokap ngebolehin gue. 

Nyokap memang sosok wanita terbaik dalam hidup gue, sederhana karena nyokap berani meletakkan rasa rindu dan cemas untuk ditaruh bersama kebahagiaan anaknya. 

Bagaimana nanti nasib gue, gue juga enggak tahu. Tapi kalau memang ada apa - apa, toh, itu adalah gue yakin bagian dari rencana Tuhan. Seperti hari ini, kepala gue ketimpa genting rumah orang yang merosot dari atas. Sialan. Mau marah, tapi sama siapa ? Memang sudah jalannya kali ya.

Oya, balik lagi,, tanpa ragu, gue benar - benar pengin berangkat ke Palembang, tanpa memikirkan bahwa gue ada UKK di sekolah.

Dengan sebuah tiket pulang pergi yang telah lunas, pengumuman lain muncul. Menyebutkan bahwa tahap kedua untuk Sub Chapter Lampung hanya akan dilaksanakan di Lampung. Gapake lama, langsung refund. Sayang duit atuh. Namun lebih dari itu, bukan duit yang gue sesali, tapi kekecewaan. Berbicara mengenai jumlah duit, keempat teman lainnya bahkan telah menghabiskan banyak sekali duit ketimbang gue, secara mereka semua wanita dan butuh pendampingan sosok lain. Ada yang pergi bersama keluarga, adik, kakak, atau teman. Artinya, mereka telah menghabiskan duit lebih ketimbang gue yang sendiri. Jadi, mengeluh soal duit bukanlah hal yang tepat, toh bisa refund.

Hanya saja, rasa kecewa yang begitu nyata benar - benar hadir. Entah kenapa, gue beneran kecewa.

Lalu tanpa lama - lama, tanggal 20 Mei hadir. Seleksi tahap dua dilakukan. Gue, adalah peserta pertama yang hadir di lokasi. Semangat, hihihi.

Tes dua meliputi berbagai pertanyaan bertubi - tubi melalui interview. Saat itu pula, pertama kalinya gue beneran ketemu sama peserta yang lain. Kemarin - kemarin hanya bercuit satu sama lain di Line. Gue rasa, gue telah melalui itu semua dengan baik.

Terbagi atas dua tahap, yang satu adalah wawancara Bahasa Indonesia, gue inget banget dipimpin sama wanita tegas berwibawa bernama Mbak Sari. Entah nama lengkapnya siapa. Yang kedua, wawancara Bahasa Inggris, gue inget sosok pewawancaranya, seorang perwakilan Kedutaan Besar Amerika Serikat yang untuk pertama kalinya datang ke Lampung, dan secara ajaib bertemu manusia kayak gue. Namanya Karen, sosok yang bingung dengan cerita gue tentang hebatnya nasi uduk.  Setelah beberapa saat gue ngoceh panjang lebar tentang Nasi Uduk, yang gue pikirkan saat itu adalah, semua orang tahu itu adalah salah satu jenis nasi. Yang gue salah adalah, Karen enggak tahu apa itu nasi. 

" Wait, what is actually nasi uduk youve been talking about ?

lalu ada hening yang panjang.

Dia juga nanya gue, terkait pengalaman pertama dia ke Lampung, wisata alam apasih yang bisa disaranin. Gue langsung jawab dengan tgeas.

" You had come to the right place, Karen. Lampung is a hidden heaven for us Indonesian. It is not Bali, yet it is Lampung. I have so many recommendations for you. .... " 

Semuanya berlanjut, gue yang sok sokan, cerita kalo gue adalah siswa SICITA. Emang agak susah menjelaskannya. Secara, gue enggak tahu apa SICITA dalam bahasa inggris. Berakhirlah gue dengan penerjemahan secara mentah - mentah Students Loves Nature dengan sebuah elaboration yang singkat dan tidak padat. Tapi memang, sosok sebesar Karen pasti punya otak yang tinggi. Dia paham maskud gue.

Lalu gue cerita pengalaman naik gunung sendirian tanpa senter malem - malem. Lalu kita sama - sama tertawa dengan cerita yang gue bawain, banyak hal terjadi, sampe akhirnya Karen nanya gue lagi.

" So what are the recommendations? " 

Dan, deg... Gue lupa. Entah kenapa, gue enggak bisa menemukan jawaban untuk itu. Seketika ngeblank, gue inget banget gue jawab Gigi Hiu. Yang sekaligus gue artiin secara mentah, Shark's teeth' juga dengan elaboration yang minim. 

" It is a place where random stones are there in random places also, most of them were sharps, thats why its called so. Eventhough u cannot swim into it, but you can feel that you are alive... "

Terus dia seneng gitu. Gue bersyukur.

Pertanyaan lainnya juga sekitaran kehidupan di sekolah, keluarga, hobi, mimpi, ambisi, atau tentang program ini sendiri. 

Gue yang cerita bahwa gue adalah movie freak, juga sempat ditanya seandainya kepilih, mau ditempatin di mana. Gue jawab, Los Angeles or New York. 

" No wonder, hahaha " Kata Karen sambil ketawa kecil.

Gue ngejelasin bahwa di sana memang ada Hollywood, dan hal lain. tapi yang soal New York, gue cerita bahwa di sana ada gereja - gereja yang megah. St. Patrick, St. John The Divine, Riverside, dan lain - lain gue ikut sebutkan. Gue katakan bahwa nyokap sangat suka dengan hal - hal gereja seperti itu. Dan kalo gue udah di sana, gue bisa cerita juga ke nyokap sebagai versi anaknya tersayang yang tengah berhasil. Semua informasi itu gue dapetin, sebenarnya sebelum gue masuk ruangan. Ya googling lah. Biar kelihatan berwawasan. Padahal ...

Tapi, alasan gue memang benar. Nyokap memang begitu, dan gue juga mau begitu. Beneran ih.

Di sesi Bahasa Indonesia juga gak kalah asiknya. Berbagai pertanyaan dilontarkan. Cerita tentang sahabat - sahabat gue. Pernah berantem atau enggak, gue jawab pernah. Lalu ditebak secara benar, ' pasti karena cewek '. Iya dong. Inget banget, tentang seorang wanita beranama Mila. hihihi.

Gue juga cerita bahwa cita - cita gue penulis, debater, guru dan banyak lainnya. Salah satunya gue mulai dengan nulis blog. Gue cerita tentang blog ini, sampe akhirnya, Mbak Sari juga minta alamat blog ini.

Entah, orang sebesar Mbak Sari bakal punya waktu atau enggak untuk hadir ke tulisan tak seberapa ini. Tapi bukan itu yang gue harapkan sekaligus cemaskan. Apakah orang sehebat Mbak Sari, akan terhibur ? Siapa yang tahu ? Sosoknya yang tegas, mungkin enggak akan suka lama - lama membaca tulisan bertele - tele seperti ini. Tapi gapapa, siapa tau berguna.

Tapi entahlah, pengumuman masih jauh. Tanpa ada tanggal pasti, dikabarkan bahwa akan menjadi sekitaran sebelum lebaran. Yakh...

Selamat bagi gue, yang tengah menempu hari - hari penuh penggantungan tanpa kepastian.

Yang bisa gue lakuin adalah cuma sekadar berdoa, siapa tahu akan menggerakan kondisi hati para panitia, hihihi.

Mimpi ini benar - benar nyata. 

Layaknya hari - hari menunggu kabar Min, semua ini mengartikan sesuatu ;

Hari tanpa kepastian adalah hari yang paling berat.


Read More