Saturday, August 11, 2018

Tentang Kebahagiaan Sederhana-ku



Kalau kalian sedikit lebih teliti, postan terakhir gue itu berada pada tanggal 20 dua bulan lalu. Mungkin, jawaban dari itu semua adalah, belakangan ini gue lagi nggak menemukan sense untuk gue menulis. Jawaban klasik, tapi itulah.

Nggak terhitung ada seberapa banyak hal yang mau gue ungkapin di sini. Tentang segala hal yang telah \ atau tengah dan akan berubah.

Seperti, gue keterima dua dari tiga tahap pertukaran pelajar ke Amerika, dan satu tahap lagi, untuk bisa ke sana. Bayangin aja kalo gue lolos ! Gue pasti,,, sedih banget. Yah apalagi, gue harus siap kehilangan berbagai temen ketika gue kembali ke sini lagi  Pasti,,, gue bakal kesepian. Tapi... meninggalkan segala bentuk kerikil jalan lama untuk menyambut sebuah jalan baru melalui satu tikungan tajam di Amerika di depan mata. adalah harga yang mungkin, pantas. Dan tentu, akan gue bayar.

Salah satu hal lainnya adalah,,,,,

Gue mencalonkan diri gue sendiri sebagai Ketua Osis di sekolah gue. Kenapa ? yah ini semua, berhubungan dengan nyokap gue yang nggak berani bermimpi tentang anaknya. Nyokap ngerasa bahwa nggak mampu untuk bisa mengejar kehidupan di dunia luar. Gue ? 

Philippians 4:13 : I can do all this through him who gives me strength.


Ya, itu.

Terkadang memang, ukuran dari seseorang beriman atau tidak, sangat nyaris tidak bisa dilihat dari seberapa sering dia pergi ke tempat ibadah. Tapi dari seberapa sering dia 'beribadah', bersyukur, memaafkan dirinya sendiri, dan, seberapa percaya dengan Tuhannya.

Bahkan ada temen gue yang rajin banget ke gereja. Semua acara ikut, tapi gue rasa hatinya kosong. Percaya takhayul secara berlebih. Dan, bertingkah seperti orang tidak punya Tuhan. Konsepnya gini, seberapa pintar seseorang tidak bisa dilihat dari hasil ulangan nya di sekolah.

Ada tuh, temen gue yang rajin banget belajar, dan memang, nilainya tinggi dalam setiap ulangan. Tapi gue rasa, dia nggak lebih pinter dari gue sama sekali. Di satu sisi, ada orang yang tanpa belajar bisa mengerjakan semuanya dengan baik dan dapat nilai tinggi. Di kubik yang lain, ada lagi orang yang nggak belajar dan nggak berusaha atas nama nilai, tapi justru, dialah yang paling pintar.

Gue rasa, ayat itulah yang membuat gue bertahan. Gue tahu bahwa gue bisa melampau semuanya dengan bantuan Tuhan. Tapi sekali lagi, gue juga percaya, bahwa semuanya juga butuh usaha. Kalo lagi ulangan umum atau lagi ada ulangan, gue jarang belajar tapi rajin berdoa. Tentu, gue bukan minta nilai gue tinggi, karena itu hampir mustahil tanpa belajar dan gue sadar itu, hal yang gue minta hanyalah supaya hari gue tenang dan berjalan seperti biasanya. Intinya, gue hanya minta ketenangan demi kebahagiaan di hidup gue secara keseluruhan.

Dari situlah, gue berusaha sebisa gue. Mencari berbagai batu loncatan, pinjaman untuk gue kuliah nanti. Ada ? Sejauh ini belum ada. Lalu ? Gue ciptakan sendiri. 

Gue ikut pertukaran pelajar, biar gue dapet sertifikat, biar gue dapet beasiswa di luar. Biar gue bisa, gunain itu untuk kuliah. Gue ikut osis dan menjadi ketua osis supaya gue dapet sertifikat, supaya gue bisa kuliah. Gue lakuin itu semua, adalah cara gue untuk menciptakan batu loncatan gue sendiri. Karena gue sadar, gue bukan dari keluarga yang bisa dapet mobil tanpa harus minta. Bukan orang yang bisa dapet motor ketika minta motor. Bukan juga dari keluarga atas - atas yang lainnya.

Gue lakuin itu semua, untuk merubah hidup gue. Supaya, gue bisa bahagia.

Itu.


Mengenai hal lain tentang kebahagiaan. Ini, salah satu yang gue menjadi hambatan gue dalam hati ketika memutuskan jadi ketua OSIS. Adalah, gue rasa bahwa gue akan kehilangan kebebasan dan kebahagiaan dalam hidup gue. 

Gue udah ngerencanain banyak hal untuk SMA, salah satunya, gue bakalan bolos, kasus, dan lain - lain. Mungkin, semuanya akan terhalang oleh OSIS. Atau, lihat saja nanti. 

Salah satu rencana lainnya juga adalah, mengutarakan perasaan gue kepada Min.

Yang saat ini, mungkin, tengah biasa - biasa saja sama gue. Atau, masih nggak mau. Tapi nggak apa - apa, good thing takes times.

Kamu sabar saja, tenang saja. Boleh juga siap - siap. Aku pasti akan jujur dan mendapatkan kamu !
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Semoga.
Read More