Hari ke sebelas tanpa Min. Beberapa waktu lalu, gue putus sama Min.
Min, malaikat paling anggun se jagat raya SMA gue. Sosok paling cantik satu SMA. Sosok yang baik hati dan tidak suka berbohong apalagi dibohongi. Sosok yang gue bilang manis, yang punya wajah mirip orang Belgia. Yang hidungnya mancung namun sedikit tumpul. Sosok yang punya perasaan yang bundar, bulat, dan tidak bersudut. Sosok yang selalu gue sayangi tiga tahun belakangan ini. Sosok yang muncul dalam beberapa tulisan gue,,, kira - kira di beberapa tulisan di bawah ini. Tulisan tentangnya, belum tentu hanya terbatas pada tiga tulisan di bawah ini. Tentu, atau mungkin, masih ada yang lain yang gue lewatkan. Tapi kira - kira, ada di tiga tulisan ini.
Sebagai penulis yang baik, gue akan rangkum semuanya untuk kalian.
Sederhananya, Min adalah sosok yang gue temukan sesaat gue berada di masa SMA. Ialah sosok yang membuat gue tergila - gila sejak hari pertama SMA. Tentu saja, karena kecantikannya. Usaha gue mendekati Min dimulai bertepatan dengan Piala Dunia 2018 di Russia. Min adalah sosok yang tidur di pagi hari dan pada saat itu, Piala Dunia 2018, menjadi sosok yang membantu gue terjaga untuk meladeni Min dalam tiap - tiap dini hari. Inget juga, untuk Min, gue pernah menuliskan salah satu puisi gue untuk dia.
Pisang Goreng :
ini piala dunia, kamu berada di pihak mana ?
inggris ? argentina ? spanyol ? atau perancis yang dijagokan ?
atau jangan - jangan, indonesia ? yang bahkan nggak ikut.
kalau soal kacang, kamu suka pilus atau garuda ?
aku tidak perduli kamu di tim mana.
apalagi soal kacang.
yang aku perduli, aku berani terjaga hingga malam untuk kamu.
tapi, mama sempat marah soal ini.
namun mama adalah sosok yang paling pengertian, dia paham bahwa aku cinta dengan kamu.
ini piala dunia, kamu tahu, mereka latihan keras ?
ini aku, kamu tahu, aku berusaha keras ?
biar lebih mudah, begini saja.
malam ini, aku hanya ingin bersama kamu.
entah belgia atau pantai gading yang tengah bermain, aku hanya ingin kamu.
kalau kamu diibaratkan kacang, kamu mau jadi pilus atau garuda ? yang manapun aku tetap suka.
sekali lagi, ini bukan soal tim mana atau kacang mana yang lebih unggul. ini tentang kamu, dan langkah awal aku mendapatkan kamu.
kedepannya ? aku tidak tahu.
sudahlah, aku cinta kamu.
dan aku akan tetap hidup sampai dua ribu tahun lagi untuk itu.
Juni, Ketika Piala Dunia
dikarang di Neptunus, tahun 2054.
Min adalah sosok yang tangguh dan tidak mudah untuk ditaklukan. Nyatanya, selama tiga bulan pertama proses gue mendekatinya, gue hanya mendapat balasan slow respond dan tidak seberapa. Jawabannya singkat, padat dan jelas. Hanya tiga kata yang secara keseluruhan terdiri dari lima huruf : g, y, gtw.
Jadi, percakapan yang terjadi kurang lebih akan seperti :
"Min, kamu tau film Forrest Gump enggak ? Aku nonton, seru dan bagus banget, kamu harus nonton."
" g."
atau pada lain kesempatan,
"Eh kamu tahu enggak, kita enggak bisa napas sambil nelen ludah."
"y."
Hal ini terus terjadi hingga bulan ketiga gue mendekati dirinya. Di mana, pada akhirnya, setelah tiga bulan, ada perkembangan. Yap, setelah tiga bulan akhrinya Min memiliki bentuk huruf baru. t dan w.
Jadilah seperti ini,
"Gini, aku jujur aja, aku mau ngajak kamu nonton karena aku suka. Kamu mau ?"
"gtw."
Sekali lagi, mendekati Min bukanlah hal yang mudah. Gue harus mengalah, sepanjang malam, untuk terus bercerita dan menghasilkan sesuatu dari kepala gue, dan hanya akan mendapat jawaban y, g, atau gtw. Untuk kesekian kalinya, mendekati Min tidak dan sama sekali bukanlah hal yang mudah. Namun, ada satu alasan kenapa pada saat itu gue enggak berhenti mencoba mendekatinya, alasan gue tidak berbelit - belit dan sederhana ; Min tidak pernah meminta gue untuk berhenti.
Semua hal menjadi lebih baik setelah 14 November 2018. Hari itu, gue berhasil ngajak Min nonton film Coldplay : A Head Full of Dreams. Yang tiket nya gue beli di hari pertama Presale. 26 Oktober 2018. Gue inget hari itu Jumat. Tanpa banyak aktivitas tidak jelas, sepulang sekolah, gue langsung ke bioskop untuk memesan tiket presale. Hari itu, gue inget hujan deras dan seragam hari Jumat adalah Pramuka. Gue juga masih inget, sebuah Indomaret di Jalan Pulau Morotai, tempat di mana saat itu gue berteduh. Pada saat itu, gue beli tiket secara sepihak. Artinya, waktu itu gue secara pede dan nekat beli tiket untuk kami berdua, tanpa tahu, dia mau, minat, sempat, boleh, atau tidak. Gue belum benar - benar bertanya ke Min, karena gue terlalu cemen pada saat itu. Segala bentuk ke-pesimis-an itu gue unggah melalui Twitter, dan syukurlah, semesta melalui wujud kakak perempuan Min, merealisasikan mimpi gue saat itu untuk ngajak Min pergi ke bioskop bersama untuk pertama kalinya.
Sebuah film dokumenter tentang Coldplay, yang hanya tayang sekali dan serentak di seluruh dunia. Teruntuk Chris Martin, kami berdua adalah sedikit bagian kecil manusia beruntung yang nonton film band kamu loh, hargai kami !!!!!
Selebihnya, selesainya 14 November 2018, semua hal berbeda. Gue selalu punya alasan untuk datang ke sekolah pagi - pagi. Saat - saat itu adalah masa yang paling menyenangkan sekaligus menenangkan. Min, memberikan kepastian bahwa tidak perlu ada kekhawatiran esok kita tidak akan bahagia.
Banyak hal yang terjadi setelah 14 November 2018, namun yang menarik adalah tentang 14 Maret 2019. Gue jadian sama Min, di malam yang tidak terlalu berangin, di sekitaran area pasar malam kota Bandar lampung. Saat itu, gue nyatakan bahwa gue pengin ada status lebih di antara kita berdua. Sebenarnya gue sudah siap untuk segala bentuk tolakan, namun Min justru memutuskan untuk memperindah malam itu. Selebihnya, kami pulang dengan membawa masing - masing sebungkus sekoteng dan bandrek untuk kedua orang tuanya.
Setelah 14 Maret 2019, hidup berjalan sebagaimana semestinya, dengan menyedihkan. Namun, inilah jasa Min yang tidak lekang oleh waktu. Di antara hal - hal yang menyedihkan di hidup gue, kehadiran Min mampu mengubah kesedihan tersebut menjadi sedikit lebih baik. Misalnya, ketika gue kehujanan di atas motor, gue tidak lagi sendirian,,, atau melalui hal kecil seperti berkunjung ke cafe, dengan wajah dan penampilan gue yang menyedihkan, gue tetap bisa membungkam orang - orang yang biasanya berprasangka buruk ke gue :
"Ni orang sok - sokan banget makan di cafe, paling juga ngutang."
Kehadiran Min mampu menyulap prasangka buruk menjadi sedikit lebih baik,
"Ni orang sok - sokan banget makan di cafe, paling juga ngutang. Eh tapi ceweknya cantik, pasti dia adalah lelaki berkualitas."
Kira - kira seperti itu.
Hingga tibalah sesaat kami harus belajar untuk kuliah. Kami berdua sama - sama mempersiapkan diri sematang mungkin untuk segala jenis ujian. Kami belajar bareng, tepatnya, dia yang ngajarin gue hehehe. Min, adalah sosok yang mampu mengubah seorang Alex, seorang yang memiliki nilai 32.5 pada mata pelajaran Matematika ketika Ujian Nasional SMP hingga menjadi seseorang yang memiliki nilai hampir 700 pada subtest kuantitatif level UTBK. Min adalah sosok yang bertahan ketika gue tidak menaggap serius matematika. Min adalah sosok yang yakin bahwa gue mampu ketika gue sendiri tidak percaya. Tiada hari tanpa kebersamaan dan tiada hari tanpa latihan soal.
Kini, kami masing - masing sudah berada di level selanjutnya, di bangku kuliah. Sayangnya, kami berkuliah di tempat yang berbeda. Tetapi tidak apa, kami berdua selalu percaya bahwa pacaran adalah segalanya tentang keberkembangan. Tidak perlu dan tidak ada yang mengharuskan untuk kita berkuliah di tempat yang sama. Kini, Min berada di salah satu Institut Teknologi di Bandung. hehehe.
Tanpa perlu membawa perasaan atau hal - hal romansa lainnya, keberadaan Min di hidup gue adalah sosok yang nyata dan tak tergantikan. Tanpa Min, gue enggak mungkin bisa kuliah seperti saat ini. Beneran, ini bukan hiperbola.
Setelah berkuliah, beberapa hal menjadi lebih sulit dari biasanya. Salah satunya adalah komunikasi. Kesibukan kami, masing - masing saling mendukung untuk merenggangkan hubungan kami. Akhirnya kami putus, gue yang mutusin. Yap, gue yang mutusin untuk menerima keputusan Min, bahwa dia mutusin gue. Kami berdua putus secara baik - baik tanpa ada keributan sedikitpun.
Sejak dulu gue selalu percaya, bahwa jika suatu saat nanti kami putus, pasti karna beda keyakinan. Dan bener aja. Kita beda keyakinan, di mana, gue yakin dia cantik tapi dia tidak yakin kalo gue ganteng.
Becanda, becanda,,, Min mutusin gue karena dia udah enggak lagi merasakan perasaan yang sama seperti dua-tiga tahun lalu. Wajar saja.
"Lek"
Sesaat gue melihat pesan seperti ini dari Min, hati gue bergemuruh.
"Iya?"
"Kita udahan aja ya"
Saat itu gue hanya bisa merespon "Iya.". Tidak lama setelah itu, kami tidak lagi berhubungan. Menyisakan gue, dengan tangis dan hening yang panjang.
Sejauh yang gue pahami bahwa pacaran adalah segalanya tentang keberkembangan, ternyata ada yang lebih jauh. Jika memang, pacaran adalah segalanya tentang keberkembangan, maka pacaran juga adalah segalanya tentang pengikhlasan. Selamat menempuh hidup baru yang berbahaya. Aku tahu kamu bisa melewati segalanya, seperti biasa.
Tanpa banyak kata - kata, kita berdua udahan. Aku sedih, tapi tidak apa - apa. Aku ikhlas. Well, pada beberapa kondisi, ikhlas tidak berarti tidak sedih.
Jujur, beberapa waktu setelah hubungan kita usai, aku linglung dan tidak tahu harus ke mana. Tapi tidak apa - apa. Sebagaimana hal baik lainnya, waktu akan selalu mengobati.
Kamu, Min, adalah sosok yang selalu aku cintai sejak SMA. Kini, kita tidak lagi bersama, namun, segalanya adalah masih tentang kamu. Kita sama - sama tahu, hubungan kita sudah selesai bahkan sebelum kamu mengucapkannya. Semua orang yang aku kenal, pengin kita balikan. Aku tahu kamu tidak mau, begitu juga dengan Aku. Alasan kita usai, bukanlah karena benci atau apapun. Tapi karena kita sama - sama tahu bahwa hubungan ini memang sudah selesai.
Sebagai wanita cantik Bandung, silakan pilih mana laki - laki yang membuatmu bahagia. Selain itu, belajar yang baik. Silakan juga mencicipi makanan - makanan khas daerah mu yang baru. Selain itu, belajar yang baik. Kamu juga boleh, berpergian dengan siapapun yang bukan aku. Namun, belajar juga yang baik. Aku tahu kamu manusia baik dan akan selalu menjadi baik. Min, belajar yang baik.
Maka di sini lah gue, di salah satu pojok di Kota Surabaya Timur, dini hari ketika kebanyakan manusia sudah mulai terlelap, duduk di depan meja dan melempar diri sendiri ke masa lalu yang menyenangkan.
Terima kasih kamu bertahan, terima kasih kamu tetap percaya ketika yang lain dan diriku sendiri tidak. Tanpamu, aku mungkin sekarang enggak tahu di mana, atau mungkin sekarang sedang ngaduk semen sebagai pekerjaanku sehari - hari. Aku selalu suka bagaimana kamu, mampu mengubah banyak hal sulit dan menyedihkan menjadi sesuatu yang lebih baik. Kamu adalah segalanya tentang sosok yang berjasa untuk hidupku. Semoga semua sikapku adalah bagian terbaik dari yang lain. Terima kasih, kamu pernah mau.
0 Saran:
Post a Comment